Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menyambut baik rencana kedatangan Parlemen Eropa ke Indonesia untuk mendiskusikan soal industri sawit di Tanah Air yang dianggap merusak lingkungan.

Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Bappenas Kennedy Simanjuntak di Jakarta, Selasa mengatakan, pemerintah mengapresiasi rencana tersebut dan siap untuk berdiskusi dan menjelaskan tentang kondisi industri sawit di dalam negeri.

"Rencananya pekan depan Parlemen Eropa datang ke Indonesia, kita apresiasi itu. Kita akan jelaskan kita tidak punya niat untuk merusak hutan dan jutaan orang hidup dari industri itu, regulasi juga sudah ada, sehingga mereka paham," ujarnya di sela-sela peluncuran EU-Indonesia Blue Book 2017.

Sebelumnya pemerintah telah menegaskan Indonesia menolak dugaan upaya tuduhan "penghinaan" sawit yang dilancarkan Parlemen Eropa melalui "Report on Palm Oil and Deforestation of Rainforests" di Starssbourg pada 4 April 2017.

Dalam mosi yang diterbitkan Parlemen Eropa itu, Indonesia dituduh menyatakan sawit sebagai persoalan besar yang dikaitkan dengan masyarakat dan korupsi termasuk pelanggaran hak asasi manusia.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI Siti Nurbaya menyebutkan, bagi Indonesia sawit merupakan industri besar yang menyangkut hajat hidup petani meliputi areal seluas 11 juta hektare dengan persentase 41 persen merupakan tanaman petani dengan tenaga kerja usaha hulu hingga hilir mencapai 16 juta orang.

Siti bahkan menyebutkan, hal yang dituduhkan parlemen Eropa soal sawit itu sebagai penghinaan terhadap Pemerintah Indonesia yang tidak dapat diterima.

Ia juga meminta negara lain mempercayakan kepada Indonesia menyelesaikan persoalan sendiri termasuk kontribusi terhadap masalah lingkungan seperti kebakaran hutan, menata pengelolaan hutan dan gambut, menjaga keanekaragaman hayati sebagai sumbangsih bagi dunia.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya juga berharap Indonesia selaku pemain terbesar di industri sawit, dapat merespon persepsi dari parlemen Eropa yang menganggap praktik industri sawit sebagai penyebab kerusakan lingkungan.

"Indonesia sebagai pemain terbesar harusnya bisa menjawab dan merespon, tidak hanya mengatakan itu tidak benar tapi juga untuk membuktikan kita punya suatu kegiatan ekonomi yang berkelanjutan secara lingkungan dan yang menyejahterakan masyarakat, tidak hanya petani dan industrinya tapi juga masyarakat Indonesia," ujarnya.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017