Banjarmasin (ANTARA News) - Kepala Perum Bulog Divisi Regional Kalimantan Selatan Dedi Supriadi mengatakan menjelang puasa Ramadhan kebutuhan gula pasir di daerah ini melonjak tajam.

Menurut Dedi di Banjarmasin Selasa, biasanya kebutuhan gula di Kalsel yang disuplai oleh Bulog hanya sekitar 5 ton per hari, namun kini kebutuhan tersebut terus meningkat, menjadi 10 ton, 15 ton bahkan kini mencapai 20- 30 ton per hari.

Begitu juga dengan di daerah-darah, permintaannya juga terus meningkat, seperti di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) kini minta 30 ton dan Tabalong 10 ton, begitu juga dengan daerah-daerah lain.

Kendati permintaan melonjak tajam, tambah Dedi, masyarakat tidak perlu panik, karena stok di gudang Bulog sangat mencukupi. Kini stok gula di Bulog mencapai 1.500 ton dan diperkirakan dalam waktu dekat akan datang lagi sekitar 500 ton.

"Kedatangan gula akan terus berlanjut hingga diperkirakan stok mencapai 3 ribu ton, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir bakal kehabisan stok, sehingga tidak perlu melakukan aksi borong," katanya.

Menurut Kabulog, gula tersebut juga akan dijual di operasi pasar dengan harga Rp12 ribu hingga 12.500 per kilogram, sesuai dengan harga eceran tertinggi yang telah ditetapkan pemerintah.

"Bila ada pedagang yang menjual dengan harga Rp12.500 per kilogram, itu masih tidak masalah, karena HETnya memang segitu," katanya.

Sebagaimana diketahui, konsumsi gula di Kalsel cukup tinggi, karena warga daerah ini, adalah warga penyuka manis, hampir seluruh makanan khas daerah tidak lepas dari manisnya gula pasir.

Biasanya, setiap puasa, akan ada pasar Ramadhan yang menjual berbagai macam kue khas daerah, sehingga tidak dapat dihindarkan kebutuhan gula setipa menjelang puasa menjadi tinggi.

Tingginya permintaan gula tersebut, akan memicu kenaikan harga bila tidak diimbangi dengan pasokan yang stabil, agar tidak terjadi kelangkaan.

Menurut Kabulog, operasi pasar gula tersebut, juga sebagai upaya untuk mengantisipasi inflasi selama puasa dan menjelang lebaran, sebagaimana yang selama ini terjadi.

"Kita juga sudah melakukan rapat koordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), untuk melakukan program stabilisasi harga di daerah, antara lain dengan melakukan operasi pasar, kebutuhan pokok yang selama ini menjadi salah satu penyebab inflasi cukup tinggi.

Pewarta: Ulul Maskuriah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017