Karakas (ANTARA News) - Jumlah korban tewas dalam gelombang kerusuhan anti pemerintah selama enam minggu terakhir di Venezuela telah meningkat setidaknya menjadi 42 orang, demikian menurut kantor kejaksaan negara.

Kantor kejaksaan mengumumkan tiga kematian terbaru pada Selasa.

Seorang polisi ditangkap atas dugaan keterlibatannya dalam pembunuhan seorang pengemudi taksi berusia 33 tahun, yang ditembak di dekat perbatasan dengan Tachira.

Seorang pemuda berusia 17 tahun yang ditembak di kepalanya saat melakukan demonstrasi di negara bagian Barinas pada Senin, tewas pada Selasa pagi.

"Sekelompok orang datang dan mulai menembak, melukai pemuda di bagian kepalanya," kata pihak jaksa penuntut menerangkan sebab kematian remaja yang tidak disebutkan namanya itu.

Korban lainnya, yang namanya dan umurnya tidak disebutkan, tewas dalam aksi protes di San Antonio, menurut pihak berwenang.

Kekerasan pecah di berbagai belahan negara bagian pada Senin sebagai aksi yang mengupayakan penghapusan pemerintahan Sosialis.

Ratusan ribu orang turun ke jalan dalam beberapa minggu terakhir, mereka marah karena kekurangan pasokan makanan, krisis obat-obatan dan meningkatnya inflasi.

Pengunjuk rasa menuntut pemilihan umum, pembebasan bagi para pegiat yang dipenjara, bantuan luar negeri untuk mengimbangi krisis ekonomi dan otonomi untuk badan legislatif yang dikuasai oposisi.

Presiden Nicolas Maduro menyalahkan oposisi atas krisis negara yang telah terjadi pada semua sisi. Dia menuduh lawan lawannya mencoba melengserkannyaa dalam sebuah kudeta dengan dukungan Washington.

Sedikitnya 90 orang ditangkap dalam kerusuhan pada Senin, menurut kelompok hak asasi setempat,demikian seperti dilansir Reuters.

(Uu.Aulia/KR-AMQ)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017