Jakarta (ANTARA News) - Gerbong khusus penumpang wanita merupakan solusi pencegahan pelecehan seksual di kereta. Kaum hawa tak perlu risih bila mesti berdesak-desakan karena di sekitarnya sesama perempuan.

Setiap kereta punya dua gerbong dengan hiasan merah jambu di bagian luar, lengkap dengan tulisan “Kereta Khusus Wanita”. Masing-masing berada di setiap ujung rangkaian gerbong.

Setiap jam sibuk, biasanya jam berangkat dan pulang kerja, setiap gerbong pasti dijejali penumpang, tak terkecuali gerbong khusus wanita.

Beberapa waktu lalu, sebuah video viral mengenai dua perempuan yang bertengkar diduga memperebutkan tempat duduk.

Seberapa “heboh” isi gerbong khusus wanita saat jam sibuk? ANTARA News menjajal gerbong wanita dari stasiun Tanjung Barat hingga stasiun Gondangdia, Kamis pagi.


Pada hari kerja, peron Tanjung Barat sudah dipenuhi calon penumpang sejak pagi. Bila Anda tiba pukul 6.00 hingga 7.00 pagi, bersiaplah untuk bersaing agar bisa masuk ke gerbong yang sudah penuh sesak karena stasiun ini terletak di antara rute Bogor - Kota. 

Artinya, penumpang dari stasiun-stasiun sebelumnya sudah pasti berada di kereta tersebut. Jika Anda tidak naik dari stasiun paling ujung, misalnya Bogor pada pagi hari atau Kota pada sore hari, jangan berharap bisa duduk manis karena bisa masuk ke gerbong pun butuh perjuangan.

Pukul 08.00, antrean di peron gerbong khusus perempuan masih terlihat. 

Ketika kereta ke arah Tanah Abang tiba, setiap pintu sudah “dikepung” setidaknya belasan perempuan. Hanya ada sedikit tempat disisakan di bagian tengah untuk penumpang yang akan turun dari gerbong.

Siapa cepat, dia dapat. Kadang ketika penumpang yang turun belum seluruhnya menginjakkan kaki di luar gerbong, calon penumpang sudah menyerbu masuk.

Mereka yang kalah gesit terpaksa menyerah bila tak ada tempat tersisa. Ada juga yang mencoba peruntungan dengan berlari ke pintu sebelah, berharap ada sedikit tempat untuk masuk. Agar tidak “terlempar” dari gerbong yang penuh, penumpang yang baru masuk harus menahan tubuhnya dengan berpegangan erat pada bagian atas pintu sebelah dalam. Kaki juga harus menjejak mantap di lantai.

Ada kalanya tas yang dipakai di depan tubuh (agar tidak mudah dicopet) menyembul dari gerbong sehingga pintu tidak dapat ditutup. Si penumpang harus bisa mendorong orang-orang di belakangnya agar ia bisa mundur, sehingga pintu bisa ditutup. 

Saat situasi lebih ramai, orang-orang yang menunggu di peron atau petugas akan mendorong-dorong tasnya agar pintu bisa ditutup dan kereta bisa melanjutkan perjalanan.

Di dalam gerbong yang padat, keringat mengucur akibat udara sumpek meski gerbong dilengkapi pendingin udara. Kemampuan untuk menyelip saat ada celah sangat penting di gerbong. Jangan sekali-kali berdiri di dekat pintu jika tujuan masih jauh, kecuali rela ditabrak-tabrak penumpang yang mau keluar.

Jika tidak memungkinkan untuk berpegangan, pastikan posisi tubuh stabil sehingga ketika kereta mengerem mendadak, Anda tidak akan terhuyung. 

Kursi kosong adalah hal langka di gerbong pada jam sibuk. Saat ada orang yang berdiri dari kursinya, prinsip “siapa cepat dia dapat” kembali berlaku. 

Menjelang stasiun Tebet, orang-orang sudah mulai bergeser ke arah pintu. Penumpang yang turun lumayan banyak di Tebet, sehingga kereta lebih lowong meski tetap tak ada bangku kosong. Jumlah orang yang turun di stasiun Manggarai, satu stasiun setelah Tebet, juga bertambah.

Di sini penumpang bisa bernafas lebih lega dan bergerak lebih leluasa. Dari Manggarai hingga ke Gondangdia, tidak ada kesulitan berarti untuk turun dari gerbong yang sudah cukup lega.

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017