Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menilai sasaran pertumbuhan ekonomi pemerintah yang sebesar 5,4-6,1 persen tahun 2018 dapat dicapai dengan mendorong peningkatan realisasi investasi baru terutama untuk sektor produktif.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo di Jakarta, Jumat, mengatakan kontribusi investasi baru dari korporasi atau swasta akan membantu mendorong laju pertumbuhan ekonomi, sekaligus melahirkan kegiatan-kegiatan ekonomi baru demi menjaga suplai atau pasokan barang, ketika pendapatan masyarakat meningkat.

Dengan dorongan dari investasi baru, kata Dody, maka pertumbuhan ekonomi tinggi dapat dicapai, sembari mengantisipasi kenaikan tekanan inflasi akibat akselerasi pertumbuhan pendapatan masyarakat.

"Kuncinya adalah investasi baru. Pabrik atau mesin baru yang akhirnya pada saat tekanan di Produk Domestik Bruto secara aktual, tidak akan mendorong inflasi," ujar Dody.

Dody mencontohkan laju pertumbuhan ekonomi yang tidak sehat pada saat periode menjelang krisis ekonomi 1998. Saat itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,5-7 persen. Namun, tingginya pertumbuhan tersebut harus "dibayar mahal" dengan laju inflasi dan defisit transaksi berjalan yang tidak terkendali. Alhasil stabilitas perekonomian menjadi tidak terjaga.

Inflasi tinggi saat itu karena permintaan masyarakat meningkat namun pasokan barang tidak mampu mencukupi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, harga barang menjadi tinggi karena faktor kelangkaan. Sementara defisi neraca ekspor-impor juga meningkat karena importasi menggemuk untuk memenuhi pasokan barang.

"Itulah fenomena yang dilihat, saat tumbuh ke 5,6 persen bagaimana itu tidak diiringi inflasi yang naik," ujarnya.

Bank Sentral belum mengeluarkan proyeksinya untuk pertumbuhan ekonomi 2018. Untuk 2017, BI memerkirakan pertumbuhan ekonomi akan berada di titik tengah rentang 5--5,4 persen.

Pada Jumat pagi, pemerintah yang diwaikili Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa sasaran pertumbuhan 2018 pada kisaran 5,4-6,1 persen. Sasaran pertumbuhan itu diarahkan untuk mendorong pemerataan pertumbuhan di kawasan timur Indonesia, kawasan perbatasan, dan juga daerah-daerah lain yang masih tertinggal. Sementara, inflasi akan dijaga pemerintah di rentang 2,5-4,5 persen pada 2018.

"Walaupun dihadapkan berbagai kendala dan ketidakpastian, pemerintah tetap berupaya keras mewujudkan peningkatan pertumbuhan yang lebih berkualitas dan inklusif agar peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat lebih adil dan merata," ujar Sri Mulyani.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017