Jakarta (ANTARA News) - PT Proanda Sinergi Indonesia (PSI) mulai memperkenalkan Branch Block/BB, metoda turap anti longsor baru dengan teknologi Jepang untuk kebutuhan di Indonesia.

"Metoda turap ini pertama kali dikembangkan di Jepang dan akan diperkenalkan secara luas kepada para pihak untuk membantu menangani masalah longsor di Indonesia," kata Presiden Direktur PT PSI, Suyoto Rais dalam keterangan persnya di Jakarta, Minggu.

Menurut Suyoto, pihaknya berkeyakinan bahwa metode ini akan sangat cocok diaplikasikan di Indonesia dan hak patennya di Indonesia juga telah didaftarkan oleh PSI.

"Sebagian besar kontur tanah di Indonesia mudah bergeser dan rawan longsor. Saya yakin BB akan menjadi solusi
terbaiknya untuk mengatasi masalah longsor di Indonesia," katanya.

BB menggunakan batu alam dan blok beton sebagai pengikatnya. Di Indonesia, dapat digunakan di bantaran sungai, pantai, tebing, area pegunungan dan lain-lain lahan yang berpotensi longsor.

Dibandingkan turap konvensional yang selama ini digunakan, menurut Suyoto Rais, BB lebih kokoh dan ramah lingkungan.

BB tidak rusak meskipun tanahnya bergeser karena masing-masing blok disambungkan tanpa ikatan mati. Fleksibel mengikuti lekukan dan tinggi rendah lahan.

"Ramah lingkungan karena bahan utamanya batu yang dapat menyatu dengan tanah sekitarnya, sehingga semakin lama sedimentasi tanah semakin melekat ke turap," katanya.

Selain itu, jelas Suyoto, karena itu ketahanannya sangat lama, minimal seusia dengan blok beton yang tidak lapuk selama puluhan tahun.

Sementara turap konvensional sangat peka terhadap perubahan kekuatan alam seperti saat hujan lebat yang mengakibatkan tekanan air tanah meningkat atau tanah bergeser, turap konvensional akan mudah rusak.

Turap konvensional hanya tahan pada saat posisi dan bentuk turap masih seperti semula. "Apabila terjadi perubahan sedikit saja, turap akan rusak," katanya.

Selain itu turap konvensional dapat menimbulkan pencemaran lingkungan karena turap ini umumnya menggunakan beton yang tidak akan pernah menyatu dengan tanah.

"Dari segi biaya, turap BB juga lebih murah dan pemasangannya cepat. Jadi jika ada turap yang memiliki ketahanan lama dan ramah lingkungan, kenapa kita tidak coba. Ini sekaligus untuk pelestarian alam dan merupakan keuntungan jangka panjang," ujar Suyoto.

Sejarah awal pembuatan BB bermula dari keprihatinan Takaaki Yoshimura di Jepang, seorang pembuat taman profesional, melihat kelemahan turap konvensional yang ada dan kecintaannya terhadap konstruksi batu.

Kemudian, dia melakukan uji coba yang tidak mudah lebih dari enam tahun. BB dipasang pertama kali pada 2003 sebagai penahan longsor di bantaran Sungai Osaba, Prefektur Yamaguchi.

(T.E008/J003)

Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017