Jakarta (ANTARA News) - Indonesia siap mandiri di industri baja karena dengan adanya klaster industri baja di Cilegon, Indonesia akan memproduksi 10 juta ton baja pada 2025.

Demikian disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Steel Conference 2017.

“Industri baja sebagai salah satu prioritas yang tengah kami kembangkan. Sektor ini sebagai mother of industry karena produknya merupakan bahan baku utama bagi kegiatan sektor industri lainnya,” kata Airlangga di Jakarta, Selasa.

Airlangga menambahkan, industri baja terbesar saat ini dimiliki oleh PT Krakatau Steel Tbk (KS), sehingga pemerintah mendorong BUMN baja ini untuk mendukung pencapaian kapasitas produksi tersebut.

Dengan kapasitas tersebut, lanjut Airlangga, diharapkan industri baja hilir bisa semakin tumbuh, di mana saat ini masih terjadi defisit anggaran.

Menurut Airlangga, pemerintah akan mendorong perdagangan yang baik di sektor industri baja, dengan mempertimbangkan pemberlakuan safeguard dan standarisasi apabila terdapat persaingan yang tidak sehat.

"Saat ini kan ada over supply dari China. Jadi, kami melihat masalah standarisasi dan safeguard jika ada persaingan tidak sehat. Tapi sejauh itu bersaing dengan sehat ya kita lepaskan di pasar," tegas Airlangga.

Diketahui,kapasitas produksi PT KS digabungkan dengan PT Krakatau Posco saat ini mencapai 4,5 juta ton.

Angka tersebut akan segera meningkat kembali dengan beroperasinya pabrik HSM#2 berkapasitas 1,5 juta ton pada akhir tahun 2019, sehingga total akan mencapai 6 juta ton.

Artinya, hanya perlu menambah 4 juta ton untuk mencapai proyek 10 juta ton dari klaster tersebut.


Baca juga: (Industri baja optimistis hadapi 2017)

Baca juga: (Presiden: "investment grade" bukti tata kelola membaik)

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017