... kami mendorong peningkatan kapasitas produksi industri baja nasional."
Jakarta (ANTARA News) - Produksi industri baja dalam negeri terus dioptimalkan dan diarahkan pada pengembangan produk khusus bernilai tambah tinggi, misalnya untuk sektor otomotif, perkapalan maupun perkeretaapian yang sebagian besar masih diimpor, kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.

"Pertumbuhan industri pengguna baja di Indonesia terbilang cukup baik. Contohnya, industri otomotif, yang diproyeksikan pada tahun 2025 akan memproduksi 3 juta unit mobil sehingga membutuhkan sebanyak 1,8 juta ton baja otomotif," ujarnya di Jakarta, Selasa.

Selain diserap oleh sektor industri untuk kebutuhan produksi, baja juga dibutuhkan sebagai komponen utama dalam sektor infrastruktur secara luas yang meliputi bangunan dan properti, jalan dan jembatan, telekomunikasi, serta ketenagalistrikan.

"Maka itu, industri baja disebut sebagai mother of industry karena menjadi induk atau tulang punggung bagi kegiatan sektor lainnya,” katanya.

Pada 2017 tercatat anggaran belanja pemerintah untuk pembangunan infrastruktur senilai Rp387,3 triliun atau meningkat 80 persen dibandingkan alokasi tahun lalu.

Menurut Airlangga, hal itu merupakan peluang bagi industri baja dalam negeri dapat terus tumbuh dan berkembang untuk ke depannya.

"Selain itu, kebutuhan crude steel (baja kasar) nasional yang saat ini sudah mencapai 14 juta ton, namun industri baja dalam negeri baru mampu memproduksi 8 juta ton. Oleh karenanya, kami mendorong peningkatan kapasitas produksi industri baja nasional," paparnya.

Melalui berbagai instrumen kebijakan, ia mengemukakan, pemerintah berupaya melindungi dan memajukan industri baja di dalam negeri, antara lain dengan pemberian insentif berupa tax holiday, tax allowance dan masterlist barang modal atau pembebasan bea masuk atas bea masuk masterlist.

Kemudian, Kementerian Perindustrian juga memiliki program pembangunan kawasan industri berbasis baja di Batulicin, Kalimantan Selatan dan Morowali, Sulawesi Tengah.

Selain itu, ia mengemukakan bahwa pembentukan Politeknik di Batulicin dan Morowali untuk menyiapkan tenaga kerja yang kompeten di sektor industri baja.

Bahkan, Kementerian Perindustrian mendukung sepenuhnya program produksi 10 juta ton di klaster industri baja, Cilegon, Banten.

"Dengan adanya klaster 10 juta ton ini yang nilai investasinya mencapai 4 miliar dolar AS, diharapkan dapat memberikan multiplier effect melalui penciptaan lapangan pekerjaan, pemenuhan bahan baku industri dalam negeri, dan memberikan manfaat kepada perekonomian nasional khususnya Banten," demikian Airlangga Hartarto.


Baca juga: (Menperin: Indonesia siap mandiri di industri baja)

Baca juga: (Indonesia minta Jepang tambah investasi industri baja)

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017