Beijing (ANTARA News) - China mendesak Korea Utara untuk tidak melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dengan program nuklir dan rudalnya, setelah Pyongyang mengatakan berhasil menguji rudal balistik jarak menengah.

Amerika Serikat telah berusaha meyakinkan China, sekutu utama Korea Utara, agar berbuat lebih banyak untuk mengendalikan Korea Utara yang telah melakukan puluhan peluncuran rudal dan menguji dua bom nuklir sejak awal tahun lalu.

Tindakan tersebut bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB.

Korea Utara tidak merahasiakan rencananya untuk mengembangkan rudal berhulu ledak nuklir yang mampu menyerang AS dan telah mengabaikan seruan untuk menghentikan program persenjataan, bahkan dari China. Mereka mengatakan bahwa program ini diperlukan untuk melawan agresi AS.

"Kami mendesak Korea Utara untuk tidak berbuat apa-apa lagi untuk melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB," kata Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam sebuah pernyataan yang dimuat di situs Kementerian Luar Negeri pada hari Selasa.

"Pada saat yang sama, kami berharap semua pihak dapat menahan diri, tidak terpengaruh oleh setiap insiden tunggal. Teguh dalam melaksanakan resolusi Dewan Keamanan di Korea Utara dan gigih dengan resolusi masalah ini melalui cara damai, baik dialog dan konsultasi," katanya.

Korea Utara mengatakan pada hari Senin bahwa peluncuran hari Minggu memenuhi semua persyaratan teknis yang memungkinkan dilakukannya produksi masal rudal Pukguksong-2, meski pun pejabat dan pakar dari AS mempertanyakan tingkat kemajuannya.

Pengujian tersebut merupakan yang kedua di Korea Utara dalam seminggu dan pemerintah Korea Selatan mengatakan bahwa hal tersebut menghancurkan harapannya untuk perdamaian di wilayah semenanjung Korea.

Presiden AS Donald Trump telah memperingatkan bahwa "konflik besar" dengan Korea Utara mungkin terjadi akibat program senjatanya, walaupun pejabat AS mengatakan sanksi yang lebih keras non-militer adalah pilihan yang lebih disukai untuk melawan ancaman Korea Utara.

Wang juga mengatakan bahwa China telah melihat "perubahan baru" dari pihak Korea Selatan dengan keinginannya untuk secara aktif mencari saluran yang sesuai untuk menangani masalah sistem rudal THAAD.

"Kami berharap Korea Selatan dapat dengan cepat mencabut duri permasalah dari hubungan bilateral," kata Wang.

Hubungan antara Beijing dan Seoul yang menegang akibat Korea Selatan yang memasang pranata Pertahanan Udara Tingkat Tinggi (THAAD) dari AS, telah lebih damai dengan terilihnya Presiden Moon Jae-in pada awaln bulan ini.

China marah dengan pemasangan THAAD dari AS di Korea Selatan, dengan mengatakan bahwa hal tersebut adalah ancaman bagi keamanannya dan tidak akan melakukan apapun untuk mengurangi ketegangan dengan Pyongyang.

Amerika Serikat dan Korea Selatan mengatakan bahwa penempatan tersebut ditujukan semata-mata untuk mempertahankan diri dari ancaman apapun yang berasal dari Korea Utara, yang menurut para ahli selama berbulan-bulan sedang mempersiapkan uji coba nuklir keenam secara keseluruhan, demikian Reuters.

(R029/M007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017