Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mengantisipasi pergerakan laju inflasi tahun ini jika pemerintah merealisasikan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium dan solar, serta liquefied petroleum gas (LPG/elpiji) tiga kilogram pada semester II 2017 nanti.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat, mengatakan memang penyesuaian harga BBM dan elpiji tiga kilogram merupakan bagian dari reformasi subsidi energi pemerintah.

Namun, kata Agus, periode kenaikan harga komoditas energi tersebut perlu diatur dengan baik, agar tidak mengerek naik laju inflasi.

"Kita perkirakan di semester II ada penyesuaian. Kalau ada penyesuaian harga BBM dan LPG 3 kg. LPG 3 kg sudah lama tidak disesuaikan harga. Pemerintah sudah berencana agar diatur waktunya supaya tidak buat tekanan ke inflasi," ujar dia.

Agus mengatakan untuk mengkompensasi kenaikan inflasi dari kelompok tarif barang yang diatur pemerintah (administered prices) tersebut, pihaknya dan pemerintah akan menjaga inflasi kelompok harga barang bergejolak (volatile food) tidak melebihi lima persen.

Bank Sentral ingin menjangkar sasaran inflasi sepanjang tahun ini di kisaran 4 persen plus minus 1 persen. Pengendalian inflasi juga yang menjadi alasan BI untuk menahan bunga acuannya "7-Day Reverse Repo Rate" sebesar 4,75 persen untuk kedelapan kalinya berturut-turut pada 18 Mei 2017.

Hingga pekan ketiga Mei 2017, BI memperkirakan inflasi berada di level 4,31 persen (year on year/yoy), karena inflasi bulanan Mei, berdasarkan survei pekan ketiga, sebesar 0,37 persen (month to month/mtm).

Inflasi Mei 2017 sebagian besar dipicu karena kenaikan tarif volatile food seperti harga bawang putih, daging ayam, telur ayam. Di luar itu kenaikan tarif transportasi juga turut mengerek inflasi.

Agus mengatakan BI akan meningkatkan koordinasi dengan pemerintah, termasuk mempertajam peran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di seluruh provinsi untuk mengantisipasi kenaikan inflasi. Peningkatan koordinasi juga dilakukan karena akan datangnya periode konsumsi tinggi pada bulan Ramadhan di akhir Mei 2017 ini.

"BI dengan TPID sebelumnya sudah melakukan pembahasan, koordinasi, dan menjelaskan juga ke masyarakat agar turut kendalikan. Perlu diyakini pasokan distribusi ada, tidak perlu belanja terlalu banyak. Komunikasi ini penting dan akan ditingkatkan," ujar Agus.

Oleh karena peningkatan tekana inflasi dari administered prices, Agus sebelumnya memproyeksi inflasi sepanjang 2017 akan berada di atas empat persen, namun tetap berada di jangkar sasaran inflasi BI di 4 persen plus minus 1 persen. Angka itu meningkat dari laju inflasi tahun lalu yang hanya 3,02 persen (yoy).

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017