Manila (ANTARA News) - Pihak berwenang di Filipina berencana menghapus angkutan umum legendaris peninggalan Perang Dunia II yang disebut "Jeepney" guna mengurangi polusi dan meningkatkan keamanan berkendara.

Minibus itu dijuluki 'jeepneys', dipuji sebagai 'raja jalanan' dan disebut pesaing Yellow Taxi di New York karena menjadi simbol budaya transportasi di Filipina yang murah untuk jutaan orang dalam beberapa dekade terakhir.

Namun di bawah program modernisasi pemerintah, kendaraan jenis itu dan yang berusia 15 tahun ke atas tidak boleh beroperasi di jalanan mulai 2020. Kendaraan itu kemudian diganti dengan versi yang lebih ramah lingkungan.

Dallos (55), mengemudikan Jeepney sambil menepuk-nepuk setir saat kakinya yang dibalut celana berbahan licin menginjak gas untuk membawa mobil tua itu melewati sekumpulan penumpang yang berdiri sambil mengipaskan tangannya karena cuaca yang panas.

"Ini seperti istri saya, jeepney ini bersama saya setiap hari, saya tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus saya lakukan," kata Dallos kepada AFP.

"Saya marah karena saya akan kehilangan pekerjaan, saya dipaksa pulang ke provinsi saya, menjadi penonton dan kelaparan," tambahnya.

Pemerintah mengakui bahwa rencana tersebut akan sulit dilaksanakan karena mempengaruhi industri transportasi mikro dan pemilik jeepney yang miskin.

Dallos bekerja selama 14 jam sehari selama 20 tahun terakhir untuk mencukupi kebutuhan istri, tujuh anak, dan tiga cucunya yang tinggal di sebuah provinsi pertanian dataran tinggi dimana dia tidak punya lahan di sana.

Dalam sehari ia menghasilkan uang 500 peso atau sekira Rp 134 ribu.

Tidak efisien namun dicintai

Mengambil inspirasi dari jip Amerika yang tertinggal setelah perang, jeepney adalah kendaraan khas Filipina karena atapnya ditambahkan dan di dalamnya ada dua bangku sejajar untuk penumpang.

Jeepney bisa membawa lebih dari 20 orang sekaligus. Mobil itu menggunakan mesin diesel yang murah namun menghasilkan banyak polusi. Sedangkan pengemudinya terkenal kerap melanggar peraturan lalu lintas.

"(Mobil) dinosaurus kami tidak efisien, Jeepney harus dipindahkan ke museum, kotor, tidak efisien, tidak sehat," kata Sekretaris Keuangan Carlos Dominguez.

Pemerintah berjanji akan membantu pemilik menjual jeepney tua serta akses pinjaman agar bisa memiliki mobil baru sambil mendorong para pengemudi ikut pelatihan keselamatan. Namun para kritikus mempertanyakan sumber biaya untuk hal itu.

Pihak berwenang mengatakan masyarakat komuter layak mendapatkan transportasi yang lebih baik. Mereka pun merancang unit dengan mesin yang memiliki standar emisi Eropa atau mobil listrik dengan GPS yang bisa diakses melalui aplikasi.

Tapi tarif delapan peso untuk satu kali naik membuat jeepneys menjadi satu-satunya pilihan yang paling terjangkau bagi banyak orang.

"Ini satu-satunya cara yang paling mudah, saya tidak bisa naik taksi karena itu sangat mahal," kata Maria Luisid, mahasiswa kedokteran dalam perjalanan ke kampus.

Namun dengan tarif yang murah itu, penumpang harus menunduk saat menaiki Jeepney, berdesakan di dalam mobil atau berdiri di tangga kecil yang berada di bagian belakang mobil.

Di sisi lain, Jeepney tentunya meninggalkan kesan bagi para penumpangnya yang sehari-hari menggunakan moda transportasi itu.

Mobil itu terkenal dengan desain seni psychedelic yang mereka adopsi dari segala hal, seperti Mickey Mouse. Di provinsi lainnya, Jeepney dihias dengan hewan dan tanaman di bagian atap mobil.

"Lihat jeepney saya, rangkanya akan runtuh tapi orang masih mengendarainya," kata Dallos sambil membelai dasbornya yang berkarat. Dia menambahkan: "Apakah ada pilihan lain?"
Penerjemah:
Copyright © ANTARA 2017