Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melaporkan meluasnya pemutihan terumbu karang di seluruh perairan Indonesia pada 2015 hingga penghujung 2016 karena peningkatan suhu air laut akibat anomali cuaca El Nino.

Namun Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Dirhamsyah di Jakarta, Rabu, mengatakan berdasarkan hasil monitoring jangka panjang (sejak 1993) kondisi terumbu karang Indonesia rata-rata cenderung membaik walaupun terjadi penurunan kondisi di pengunjung 2016.

Penurunan kondisi terumbu karang pada 2015 dan 2016 di hampir seluruh perairan Indonesia dilaporkan terjadi karena pemutihan karang yang diikuti dengan infeksi penyakit dan serangan hama.

Dirhamsyah menjelaskan pemutihan karang terjadi karena kenaikan suhu air laut akibat fenomena anomali cuaca El Nino, dan para ahli memperkirakan pemutihan karang akan sering terjadi di masa yang akan datang akibat kombinasi dengan perubahan iklim dan pemanasan global.

Pada sisi lain, ia mengatakan, hasil pengamatan di lapangan di beberapa lokasi menunjukkan masih adanya aktivitas yang menyebabkan kerusakan terumbu karang seperti penangkapan ikan menggunakan bom, pencemaran dan kegiatan pembangunan di wilayah pesisir.


Kondisi terumbu karang

Pusat Penelitian Oseanografi LIPI merilis data terbaru status kondisi terumbu karang Indonesia pada 2017.

Menurut hasil verifikasi dan analisis data dari 108 lokasi dan 1.064 stasiun di seluruh perairan Indonesia, sekitar 6,39 persen terumbu karang masih dalam kondisi sangat baik, 23,40 persen dalam keadaan baik, yang cukup baik 35,06 persen dan yang kondisinya buruk 35,15 persen.

Data tersebut diperoleh berdasarkan persentase tutupan karang hidup yaitu kategori sangat baik dengan tutupan 76-100 persen, baik dengan tutupan 51-75 persen, cukup dengan tutupan 26-50 persen dan jelek dengan tutupan 0-25 persen.

"Pada kondisi terumbu karang 'sangat baik', walaupun cenderung konstan, namun pada 2016 terjadi kenaikan sebesar 1,39 persen, sebagai indikasi peningkatan luasan dan efektivitas kawasan konservasi perairan serta upaya rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang di Indonesia," kata Dirhamsyah.

Peneliti senior Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Suharsono menjelaskan lebih lanjut sebaran terumbu karang Indonesia ditemukan mulai dari perairan Sabang sampai Merauke dengan konsentrasi sebaran tertinggi berada di bagian tengah dan timur perairan Indonesia meliputi perairan Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara, Maluku dan sekaligus menjadi pusat segitiga keanekaragaman karang dunia (coral triangle).

Menurut hasil pengukuran terkini melalui pemetaan citra satelit, luas terumbu karang Indonesia mencapai 25.000 kilometer persegi (COREMAP-CTI LIPI, 2016) atau sekitar 10 persen dari total terumbu karang dunia (luas 284.300 km2) dan penyumbang sekitar 34 persen dari luas terumbu karang di wilayah segitiga karang dunia (luas 73.000 km2).

"Menjadi pusat segitiga karang dunia, Indonesia memiliki kekayaan jenis karang paling tinggi yaitu 569 jenis dari 82 marga dan 15 suku dari total 845 jenis karang di dunia," kata Suharsono.

Sebagai contoh jenis karang Acropora di Indonesia mencapai 94 jenis dari total 124 jenis atau dapat dikatakan sekitar 70 persen karang Acropora ditemukan di Indonesia, sedangkan di perairan Karibia, hanya ditemukan tiga jenis karang Acropora.

Selain itu Indonesia memiliki 41 dari 43 jenis karang famili Fungiidae di dunia atau sekitar 90 persen dari yang ada di seluruh dunia.

Jenis-jenis karang endemik yang ditemukan di perairan Indonesia antara lain Acropora suharsonoi, Isopora togeanensis, Acropora desalwi, Indophyllia macasserensis dan Euphyllia baliensis.

Jenis karang dengan sebaran terbatas dan merupakan share stock dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik juga ditemukan di perairan Indonesia antara lain Acropora kasuarini, Acropora rudis dan Acropora turtuosa.


Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017