Jerusalem (ANTARA News) - Ratusan pencari suaka dari Afrika turun ke jalan di Tel Aviv, Israel, Sabtu malam (10/6), untuk memprotes peraturan baru yang mengurangi 20 persen gaji mereka.

Berdasarkan peraturan baru tersebut, yang berlaku pada 1 Mei, seperlima gaji mereka harus didepositokan oleh atasan mereka di dana yang dikelola negara. Uang itu hanya akan bisa diakses oleh migran jika mereka meninggalkan Israel.

Pawai tersebut dihadiri oleh pencari suaka dan pendukung mereka di Israel, termasuk banyak pemilik restoran --yang merupakan majikan utama pencari suaka di Tel Aviv.

Pemrotes mengibarkan tanda dan spanduk yang bertuliskan "tak mungkin bertahan hidup dengan pengurangan 20 persen" dan "kami menyelamatkan diri dari perang, pergi tanpa membawa apa-apa".

Menurut perkiraan resmi, sampai akhir Februari, ada sebanyak 22.000 pencari suaka di Israel, sebagaimana dikutip dari Xinhua, Minggu siang. Kebanyakan dari mereka datang dari Eritrea dan Sudan.

Peraturan Israel dan konvensi internasional tidak mengizinkan pemerintah memulangkan mereka ke negara asal, tempat mereka mungkin menghadapi hukuman dan bahkan kematian.

Peraturan baru itu adalah langkah paling akhir yang dikatakan pemerintah telah dilakukannya untuk "membujuk" pencari suaka agar meninggalkan negeri tersebut.

Pada 2012, Parlemen mensahkan satu peraturan yang diajukan oleh pemerintah, yang dikenal dengan nama "peraturan anti-penyusupan" --yang menjaring masuknya pencari suaka ke Israel.

Pemerintah juga membangun satu pusat penahanan buat mereka di satu daerah terpencil di Gurun Negev di Israel Selatan, yang dinamakan Holot --tempat mereka dapat ditahan tanpa batas waktu.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017