Moskow (ANTARA News) - Rusia menyatakan siap menyambut tendangan pertama (kick off) menandai pembukaan perhelatan Piala Dunia pada Juni 2018 kendati sejumlah kekhawatiran, termasuk isu keamanan dan pembangunan fasilitas, membayangi proses persiapan turnamen sepak bola empat tahunan itu.

Ada kekhawatiran menyusul terciumnya skandal korupsi pada persiapan Piala Dunia pertama yang dihelat di Eropa Timur, setelah pihak berwenang di Swiss (FIFA) membuka penyelidikan terkait adanya kemungkinan korupsi dalam proses tender.

Kemudian, ada juga kecemasan terkait penonton perusuh (hooligans) Rusia setelah gerombolan penggemar garis keras itu mengamuk di jalan-jalan Kota Marseille,Prancis, saat Piala Eropa 2016.

Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin menganggap Piala Dunia adalah kesempatan yang tak ternilai guna meningkatkan gengsi Rusia karena negara tersebut terpuruk di hadapan negara Barat lantaran krisis di Ukraina dan Suriah.

Pihak berwenang Rusia yakin mereka mampu menyelesaikan masalah dan siap menggelar turnamen Piala Konfederasi yang dimulai di Saint Petersburg pada 17 Juni 2017, sebagai turnamen uji coba menjelang Piala Dunia tahun depan.

Piala Dunia 2018 akan menjadi agenda internasional terbesar yang pernah diselenggarakan oleh Rusia setelah menghabiskan banyak uang untuk menggelar Olimpiade Musim Dingin pada 2014.

Sejauh ini baru empat dari 12 stadion Piala Dunia, yakni Saint Petersburg, Kazan, Sochi dan Arena Otkrytie di Moskow yang siap menggelar Piala Konfederasi sebagai pemanasan sebelum Piala Dunia.

Adapun stadion Luzhniki yang menjadi ikon Kota Moskow masih membutuhkan sentuhan akhir.

Padahal, pertandingan pembuka dan final Piala Dunia 2018 akan digelar di Luzhniki yang akan dibuka dengan sebuah pertandingan percobaan pada musim gugur mendatang.

Di saat sebagian besar stadion berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan pembangunan, terkuak pula serentetan skandal mengenai penundaan, korupsi dan kondisi pekerja yang buruk.

Misalnya, stadion di Saint Petersburg yang akhirnya rampung setelah dibangun selama satu dasawarsa yang menghabiskan biaya sekira 800 juta dolar Amerika Serikat (AS). Namun, sebulan menjelang Piala Konfederasi, rumput di stadion itu tetap bermasalah dan harus diganti.

Di kota Volga, biaya pembangunan Stadion Arena Cosmos yang berkapasitas 45.000 tempat duduk dilaporkan membengkak menjadi 320 juta dolar AS karena konstruktor mengubah desain agar tidak tertinggal dari jadwal.

Selain itu, para pegiat hak asasi manusia (HAM) mendokumentasikan pekerja migran belum mendapatkan upah dengan kondisi kerja yang mengerikan. Bahkan, ada 17 pekerja yang dilaporkan meninggal di lokasi pembangunan arena Piala Dunia 2018.

Moskow pun mengakui ada pekerja dari Korea Utara (Korut) yang terlibat dalam pembangunan di Saint Petersburg. Padahal, Korut tengah dikecam masyarakat dunia karena kebijakan uji nuklir yang dilakukan pemimpinnya Kim Jong-Un.

Meskipun ada skandal, pihak berwenang yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan Piala Dunia Rusia bersikeras bahwa mereka akan siap pada waktunya.

Stadion-stadion tersebut bukanlah proyek utama dalam event yang melibatkan 11 kota itu. Pembangunan infrastruktur transportasi dan pariwisata seperti bandara dan hotel juga sedang dikebut agar lekas selesai menjelang Piala Dunia yang menarik kedatangan wisatawan asing.

Bayangan teror

Piala Dunia Rusia 2018 juga dibayangi kecemasan terorisme dan hooliganisme. Moskow memiliki sejarah panjang dalam memerangi teror dan pernah menjadi sasaran serangan.

Sebuah bom bunuh diri di Saint Petersburg menewaskan 15 orang pada bulan April, atau hanya berselang dua bulan menjelang turnamen Piala Konfederasi di kota tersebut.

Jihadis dari kelompok negara Islam berulang kali menyatakan akan menyerang Rusia sebagai balas dendam atas bom di Suriah dalam mendukung Bashar al-Assad.

Guna menangani masalah itu, Putin memerintahkan untuk meningkatkan keamanan di seluruh lokasi terkait Piala Dunia dan Piala Konfederasi.

"Semua pekerjaan yang perlu dilakukan untuk mendeteksi dan mencegah ancaman," kata Alexei Lavrishchev, komandan FSB yang bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan keamanan dilansir dari AFP, Senin.

Tapi, bukan hanya teror yang menimbulkan kekhawatiran dalam turnamen itu.

Tindakan brutal di Prancis yang melibatkan penggemar fanatik Rusia pada tahun lalu menimbulkan kekhawatiran bagi para pendukung tim tamu yang berkunjung ke Rusia.

Pihak berwenang Rusia menyatakan tidak akan memberikan kesempatan bagi mereka untuk kembali berbuat onar. Polisi Rusia siap memburu para pembuat onar, melakukan penyelidikan hingga menahan para pelaku jika hal itu terjadi.

Moskow telah menahan 191 penggemar dalam sebuah daftar hitam yang melarang mereka menyaksikan pertandingan. Undang-undang yang baru diperkenalkan juga menguatkan hukuman serta mendeportasi hooligan asing, demikian laporan AFP.

Pewarta: Alviansyah P.
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017