Jalalabad (ANTARA News) - Sebanyak tiga warga sipil Afghanistan tewas pada Senin pagi ketika tentara Amerika melepaskan tembakan setelah kendaraan mereka diserang sebuah bom di pinggir jalan, seorang pejabat di Provinsi Nangarhar, Afghanistan Timur, mengatakan.

Seorang pria dan kedua putranya tewas di rumah mereka di Ghani Khel, sebuah distrik di selatan Nangarhar yang berbatasan dengan Pakistan, kata Attaullah Khogyani, seorang juru bicara untuk Gubernur provinsi, lapor Reuters.

"Setelah ledakan bom menyerang mereka, pasukan Amerika kemudian mulai menembak dan membunuh satu orang dan dua anak di dekatnya," katanya.

Komando militer Amerika Serikat di Kabul mengatakan pihaknya sedang menyelidiki laporan tersebut.

Korban sipil telah mencapai rekor tertinggi saat pertempuran menyebar ke lebih banyak wilayah di Afghanistan, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani secara umum kurang vokal daripada pendahulunya, Hamid Karzai, yang secara terbuka mengkritik militer AS ketika pasukan militer terlibat dalam insiden di mana warga sipil terbunuh.

Pada Sabtu, tiga tentara AS terbunuh dan satu terluka ketika seorang tentara Afghanistan menembaki mereka di Nangarhar, tempat pasukan elit AS telah membantu pasukan Afghanistan memerangi militan ISIS.

Juga akhir pekan ini, sebuah serangan udara Amerika di Afghanistan selatan menewaskan setidaknya tiga polisi Afghanistan dan melukai beberapa lainnya selama operasi gabungan oleh pasukan khusus Afghanistan dan AS.

Tentara A.S. dan Afghanistan telah memerangi militan di provinsi Nangarhar selama berbulan-bulan.

ISIS atau Daesh seperti yang dikenal di Afghanistan telah membentuk sebuah benteng di wilayah tersebut, yang berbatasan dengan Pakistan. Pejabat militer AS memperkirakan ada sekitar 600 sampai 800 militan ISIS di Afghanistan, kebanyakan di Nangarhar, tapi juga di provinsi tetangganya Kunar.

Peningkatan keterlibatan tentara AS dan pesawat tempur terjadi karena pemerintahan Presiden AS Donald Trump membebani apakah akan menempatkan lebih banyak tentara di negara yang dilanda perang tersebut.

Reuters melaporkan pada akhir April bahwa pemerintah AS sedang melakukan peninjauan kembali terhadap Afghanistan dan ada pembicaraan mengenai apakah akan mengirim antara 3.000 dan 5.000 tentara negaranya dan pasukan koalisi ke Afghanistan.

Pertimbangan tersebut termasuk memberi lebih banyak wewenang kepada pasukan di lapangan dan mengambil tindakan lebih agresif terhadap militan Taliban. Hal ini dapat memungkinkan penasihat AS untuk bekerja dengan pasukan Afghanistan di bawah tingkat korps, yang berpotensi membuat mereka lebih dekat untuk berperang, kata seorang pejabat AS.

(Uu.R029/M016)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017