Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak menguat 25 poin menjadi Rp13.283 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.308 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Rupiah terapresiasi terhadap dolar AS seiring dengan berita hasil assessment lembaga Dana Moneter International (IMF) atas sektor keuangan Indonesia yang positif," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada.

Ia mengatakan bahwa Indonesia mendapatkan apresiasi dari IMF dalam keberhasilannya melaksanakan reformasi di sektor jasa keuangan sehingga kinerja makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan terjaga baik.

Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang kembali berada dalam area positif juga turut mejadi sentimen positif bagi pergerakan rupiah di pasar valas domestik.

Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,30 persen menjadi 46,22 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,37 persen menjadi 48,47 dolar AS per barel.

Kendati demikian, menurut dia, laju rupiah relatif tertahan menyusul kuatnya potensi kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Fed Fund Rate/FFR) dalam Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 13-14 Juni ini.

Di sisi lain, lanjut dia, perkiraan kenaikan inflasi pada tahun 2017 ini yang mencapai 4,36 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 3,02 persen dapat berdampak negatif bagi aset-aset berdenominasi rupiah.

"Adanya kenaikan inflasi tentu akan memberikan sentimen negatif pada rupiah," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.294 dibandingkan hari sebelumnya (Senin, 12/6) Rp13.292 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017