"Ada penonton yang mengatakan 'Owi/Butet harus menang. Kalau kalah, tiket jadi murah'. Ini penonton malah memikirkan tiket. Mungkin, mereka berharap tiket masuk menjadi lebih murah," kata Butet selepas menghadapi pasangan Korea Selatan Kim Dukyoung dan Kim Ha Na bersama Tontowi Ahmad (Owi).
Owi dan Butet mengalahkan pasangan Korea Selatan dengan skor 19-21, 21-19, dan 21-18 dan melaju ke putaran kedua.
Butet mengatakan arena pertandingan di JCC yang lebih kecil ketimbang Stadion Istora Senayan membuat suara obrolan penonton terdengar hingga ke lapangan pertandingan.
"Suara obrolan terdengar jelas ketika saat mulai bermain dan saat jeda. Tapi, kami tetap fokus pada saat bermain meskipun suara penonton terdengar lebih berisik dibanding di Istora," kata Butet.
Owi dan Butet menjadi pasangan kelima ganda campuran Indonesia yang melaju ke putaran kedua turnamen super series premier itu setelah Irfan Fadhilah dan Weni Anggraini, Hafiz Faizal dan Shela Devi Aulia, Alfian Eko Prasetya dan Annisa Saufika, serta Fachryza Abimanyu dan Bunga Fitriani Romadhini.
Sementara pasangan juara All England 2016 Praveen Jordan dan Debby Susanto serta Edi Subaktiar dan Gloria Emanuelle Widjaja tersingkir dari turnamen.
"Ketika masih di hotel, kami memantau perkembangan pertandingan lewat internet. Kami terkejut Jordan/Debby kalah dari pemain Denmark. Tapi kami tidak ingin berpikir lebih jauh karena ganda campuran lain masih ada yang belum bertanding," kata Butet.
Butet menambahkan pemain-pemain bulu tangkis pelapis Indonesia telah menunjukkan prestasi mereka dan pantas menjadi pasangan andalan tuan rumah.
"Kami hanya fokus pada pertandingan dan tidak berpikir hal lain," kata Butet.
Sementara Owi mengaku berusaha tidak mengingat-ingat hasil Indonesia Terbuka 2016 di Istora Senayan Jakarta, ketika dia dan Butet kalah dari pasangan Denmark Kim Astrup dan Line Kjaersfeldt di putaran kedua.
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
