Jakarta (ANTARA News) - MPR RI mengundang sejumlah tokoh nasional lintas agama untuk menghadiri Curah Rasa dan Pendapat bertajuk Refleksi Kebangsaan Menjaga NKRI yang digelar karena adanya keprihatinan atas situasi kebangsaan, khususnya pascapemilihan kepala daerah DKI Jakarta.

"Kami ingin agar kebencian dan permusuhan ini segera diakhiri. Kami berharap dialog dan musyawarah bisa meneduhkan situasi kebangsaan kita," kata Ketua MPR Zulkifli Hasan melalui keterangan tertulis yang diterima ANTARA News di Jakarta, Selasa.

Pertemuan tersebut dihadiri tokoh tokoh lintas agama di antaranya Romo Beny Susetyo dari Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Uung Sendana dari Matakin, Pengasuh Ponpes Tebu Ireng Sholahudin Wahid, Prof. Franz Magnis Suseno, Jaya Suprana, Jakob Oetama serta tokoh lintas agama dan lintas profesi lainnya. 

Romo Benny mengapresiasi inisiatif MPR melaksanakan Curah Rasa dan Refleksi Kebangsaan 

"Memang perlu duduk bersama agar kita merasakan lagi indahnya bersaudara. Semoga pertemuan ini menjadi awal agar Kebhinnekaan tetap terjaga," katanya.

Hal yang sama diungkapkan Uung Sendana dari Majelis Tinggi Konferensi Tionghoa Indonesia. Menurutnya, jangan sampai kita mundur ke belakang dalam kebhinnekaan 

"Inisiatif MPR ini penting agar tidak ada lagi situasi waswas dan ketakutan antar kita. Saatnya maju bergerak membangun bangsa," ujarnya.

Tokoh lain Jaya Suprana menekankan bahwa pemahaman Pancasila seharusnya dimaknai sebagai Kasih Sayang dan Cinta Kasih 

"Pancasila itu peduli pada sesama dan pada yang lemah. Tugas utama kita adalah wujudkan keadilan sosial agar tak ada lagi yang merasa ditinggalkan," tuturnya.

Kepada para tokoh, Zulkifli Hasan menyampaikan terima kasih atas kesediaan untuk hadir dan bicara terbuka 

"Pancasila sudah amanatkan menempuh cara cara musyawarah untuk mufakat mencari solusi. Dialog ini adalah ikhtiar kami di MPR agar antar kita bersatu lagi," ujarnya.

Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017