Bojonegoro (ANTARA News) - Dinas Pengairan Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan stok air Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, kritis karena air yang tersisa tinggal sekitar 9,3 juta meter kubik per 14 Juni.

"Stok air Waduk Pacal kritis, karena yang tersisa tidak akan mencukupi untuk tanaman padi musim tanam (MT) III, pada Juli," kata Kasi Pemanfaatan Sumber Air Dinas Pengairan Bojonegoro Sutiyono, di Bojonegoro, Rabu.

Oleh karena itu, lanjut dia, pada MT III petani di sepanjang daerah irigasinya harus tidak lagi menanam tanaman padi, tetapi palawija, sebab air yang masih tersisa tidak akan mencukupi memenuhi kebutuhan tanaman padi.

"Tetapi biasanya ada saja petani yang nekad menanam padi yang sifatnya spekulasi," ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan tanaman padi MT II di sepanjang daerah irigasinya antara lain, di Kecamatan Sukosewu, Kapas, Balen, Sumberrejo, Kepohbaru dan kecamatan lainnya, sekarang ini masih ada yang membutuhkan air.

Karena tanaman padi di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal dengan luas mencapai 15.824 hektare usianya berkisar 35-65 hari sehingga masih ada yang membutuhkan air.

Selain itu, juga ada tanaman padi sekitar 4.500 hektare yang tidak masuk jaringan irigasi, tetapi bisa mengambil air Waduk Pacal dengan memanfaatkan pompa air.

Oleh karena itu, kata dia, petani di sepanjang daerah irigasinya masih ada yang akan meminta pasokan air Waduk Pacal untuk mencukupi kebutuhan tanaman padi MT II.

"Akan ada petani yang mengajukan permintaan air Waduk Pacal," ucapnya.

Yang jelas, menurut dia, Waduk Pacal yang sekarang ini ketinggian pada papan duga 110,29 meter (sekitar 9,3 juta meter kubik) sudah tidak memperoleh tambahan air hujan karena sudah kemarau.

Tidak hanya itu, lanjut dia, tanaman padi di sepanjang daerah irigasinya juga tidak lagi memperoleh air hujan, karena hujan sudah langka.

"Waduk Pacal tidak memperoleh tambahan air hujan sejak pintu pengeluaran ditutup pada 31 Mei lalu," ucapnya menegaskan.

Pada awal dibangun Belanda pada 1933, Waduk Pacal mampu menampung air mencapai 42 juta meter kubik.

Namun, sekarang daya tampungnya menurun, disebabkan sedimen yang masuk waduk mencapai 15 ribu meter kubik per tahun, yang dipengaruhi rusaknya daerah tangkapan air dan rusaknya bangunan pelimpas.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017