Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menyatakan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS, The Federal Reserve menjadi 1-1,25 persen pada Rabu malam sudah diantisipasi oleh otoritas moneter dan pelaku pasar, sehingga dampak keluarnya modal asing tidak signifikan terjadi di pasar keuangan Indonesia.

"Sudah diantisipasi maka dari itu terlihat dari reaksi pasar tidak berlebihan hari ini setelah kenaikan Fed Fund Rate malam tadi," kata Direktur Eksekutif Departemen Kebijaan Moneter dan Ekonomi BI Dody Budi Waluyo usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni di Jakarta, Kamis.

Namun Bank Sentral masih mewaspadai tekanan yang akan datang dari kenaikan bunga The Fed pada malam tadi, selain tekanan eksternal lainnya seperti penurunan neraca The Fed, dinamika politik di Inggris dan menurunnya harga komoditas.

Maka, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" di 4,75 persen, dengan bunga penyimpanan dana di BI (Deposit Facility) tetap empat persen, dan bunga fasilitas penyediaan dana dari BI ke perbankan (Lending Facility) tetap 5,5 persen.

Dody mengatakan tidak besarnya dampak dari kenaikan bunga The Fed juga karena komunikasi kebijakan moneter yang efektif dari The Fed selama ini mengenai jangka waktu penyesuaian kebijakan moneternya.

Sebelum kenaikan suku bunga acuan pada Rabu malam tadi, The Fed dalam beberapa kesempatan selalu memberikan sinyal untuk kenaikan suku bunga acuan yang terprediksi pada Juni 2017 ini.

"Semua terperhitungkan, maka itu tidak ada pembalikkan arus modal. Artinya dengan sikap The Fed ini, tidak ada kejutan juga bagi investor," ujar dia.

Selain itu, katanya, suku bunga instrumen keuangan di Indonesia, seperti obligasi pemerintah dan korporasi juga masih sangat atraktif. Alhasil, investor pun urung melarikan dananya ke luar Indonesia.

"Selain itu, nilai tukar rupiah juga relatif stabil. Maka tidak ada keluarnya dana," ujar Dody.

Selain menaikkan suku bunga untuk keempat kalinya, The Fed pada Rabu malam tadi juga mengumumkan rencana untuk mulai memangkas neraca keuangannya. The Fed juga mememberikan sinyal untuk satu kali lagi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini.

"Mengingat kondisi-kondisi realisasi dan ekspektasi pasar tenaga kerja serta inflasi, Komite (Pasar Terbuka Federal) memutuskan untuk menaikkan target kisaran untuk suku bunga acuan atau federal fund menjadi 1,00 persen sampai 1,25 persen," menurut pernyataan The Fed setelah pertemuan kebijakan moneter.

Setelah pengumuman kenaikan suku bunga acuan The Fed, kondisi pasar keuangan di Indonesia terpantau stabil.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank pada Kamis pagi, bergerak menguat delapan poin menjadi Rp13.269 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.277 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Sesuai ekspektasi, suku bunga acauan bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate/FFR) naik sebesar 25 bps. Namun, mayoritas anggota the Fed yang merevisi turun proyeksi inflasi 2017 menekan dolar AS," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta.

Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang sempat menurun. Namun penurunan itu juga dipengaruhi oleh aksi ambil untung para investor.

"Kenaikan suku bunga the Fed sesuai dengan ekspektasi pasar dan juga dampaknya sudah diantisipasi," kata Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017