Jakarta (ANTARA News) - Ketua Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama (LP Maarif) Arifin Junaidi mengatakan pihaknya siap melangsungkan aksi demonstrasi memprotes kebijakan sekolah delapan jam sehari lima hari sepekan (sekolah seharian atau "full day school").

"Kalau ini dipaksakan, bisa guru dan murid di bawah LP Maarif ke Jakarta," kata Arifin di Gedung PBNU, Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan terdapat sekitar 48 ribu sekolah dan 30 ribu madrasah di bawah LP Maarif di seluruh Indonesia. Arus bawah banyak menyampaikan keluh kesah terkait sekolah seharian yang mengancam keberlangsungan sekolah, terutama madrasah diniyah takmiliyah.

"Kami cek juga, guru sekolah Islam resah dengan kebijakan itu. Guru agama kami bilang jauh panggang dari api soal full day school apa pun itu namanya sama saja. Kami terima surat, mereka meminta agar ada surat ke Presiden karena Mendikbud membuat gaduh," kata dia.

Menurut dia, pemerintah belum siap menyelenggarakan sekolah lima hari karena infrastruktur yang ada belum memadai. Belum lagi terkait jika itu dikaitkan dengan kesejahteraan guru nantinya.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Helmy Faishal Zaini mengatakan sejumlah kalangan pondok pesantren yang terafiliasi dengan NU juga menyampaikan keberatan soal sekolah seharian.

Dia mengatakan berupaya membendung arus bawah dari daerah untuk menuju Jakarta guna melakukan demonstrasi menolak sekolah seharian. Alasannya, saat ini adalah bulan Ramadhan maka rencana aksi turun ke jalan sebaiknga diurungkan terlebih dahulu.

"Kami memiliki pesantren yang terafiliasi dengan NU sekitar 70 ribu di Indonesia. Banyak yang mau silaturahmi ke PBNU tapi tentu sekalian turun ke jalan untuk memprotes," kata dia.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017