Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise menilai penerapan sekolah lima hari yang diberlakukan pada tahun ajaran 2017/2018 haruslah memerhatikan letak geografis demi keselamatan anak.

Dia mengatakan jangan sampai karena pulang sekolah terlalu sore sehingga dapat membahayakan diri mereka.

"Indonesia ini luas, banyak daerah yang masih membutuhkan perhatian khusus. Ada daerah yang anak-anak yang harus jalan kaki berkilo-kilo untuk sampai ke sekolah. Kalau dia pulang jam empat sore kan mereka sampai ke rumah pasti malam hari. Kita harus jaga mereka jangan sampai mengalami kekerasan saat pulang," kata Yohana saat ditemui di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Jakarta, Kamis.

Untuk itu dia meminta sistem sekolah lima hari dalam sepekan tidak langsung diterapkan di semua sekolah.

"Sebaiknya dibuat sampel dulu di beberapa daerah, baru dilihat hasilnya seperti apa," kata dia.

Sementara itu Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hamid Muhammad mengatakan, sekolah lima hari dalam seminggu akan diberlakukan secara bertahap.

"Sekolah yang sudah siap dapat menerapkan sekolah delapan jam sehari ini pada tahun ajaran baru, bagi yang belum siap akan diberlakukan secara bertahap," kata Hamid Muhammad, di Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan ada sekitar 9.300 sekolah yang siap menerapkan sekolah lima hari dalam sepekan.

Sekolah-sekolah yang dinyatakan dapat mengikuti sistem tersebut, sebelumnya telah dinilai oleh dinas pendidikan di daerah masing-masing.

Sekolah yang belum dapat melaksanakan sistem tersebut karena keterbatasan sarana dan prasarana pemerintah akan membantu sekolah-sekolah tersebut.

Sementara itu sekolah yang dapat melaksanakan sistem itu karena alasan keamanan maka sekolah tersebut tidak dipaksakan menerapkan belajar lima hari dalam sepekan.

Pewarta: Aubrey KF
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017