Mari kita bersama-sama duduk bareng untuk kebijakan yang maslahat."
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Zainut Tauhid Saadi meminta polemik soal sekolah seharian (full day school/FDS) jangan menjadi pemicu benturan dua organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

"Kami berharap setelah diumumkan Ketua Umun MUI soal itu, semua harus menurunkan tensi baik dari jamaah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah," katanya di Jakarta, Selasa.

Dia berharap dua jamaah organisasi massa (ormas) Islam tersebut untuk fokus dalam menyempurnakan FDS selanjutnya.

Kebijakan sekolah seharian itu ditunda sementara dan akan dinaikkan statusnya dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Peraturan Presiden.

(Baca juga: Pemerintah evaluasi Permendikbud tentang Hari Sekolah)

Dengan dinaikkan statusnya, menurut dia, maka FDS akan kembali digodok guna disempurnakan dengan melibatkan tiga kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri.

Tujuannya, dikemukakannya, adalah untuk lebih mengakomodir berbagai aspirasi terkait FDS sehingga kebijakan sekolah seharian menemui titik temu solusi kemenangan bersama (win-win solution) untuk kepentingan umat dan masyarakat.

Awalnya, menurut dia, level FDS itu ada di tingkat menteri sebagaimana amanat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 tahun 2017 terkait Hari Sekolah.

(Baca juga: Ma'ruf Amin: Presiden tingkatkan regulasi sekolah lima hari)

Ia pun menyadari FDS rentan konflik bilamana tidak diarahkan kepada musyawarah untuk mufakat, agar jangan ada masalah ikutan yang kontraproduktif bagi bangsa.

"Jika ada kesalahpahaman agar bisa ditepis dengan duduk bersama sehingga rumusan baru soal FDS nanti bisa diperbaiki. Mari kita bersama-sama duduk bareng untuk kebijakan yang maslahat. Tidak ada manfaatnya jika saling curiga, jangan berapriori," Zainut Tauhid Saadi.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017