Jakarta (ANTARA News) - Khatib salat Idul Fitri di masjid Istiqlal Quraish Shihab mengingatkan bahwa nasionalisme, patriotisme dan cinta tanah air adalah fitrah (naluri) manusia.

"Tanah air adalah ibu pertiwi yang sangat mencitai kita sehingga mempersembahkan segalanya buat kita, kita pun secara naluriah mencintainya. Itulah fitrah, naluri manusiawi, karena itu hubbu al-wathan minal iman, cinta tanah air adalah manifestasi dan dampak keimanan," kata Quraish di masjid Istiqlal Jakarta pada Minggu.

Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo beserta putrinya Kahiyang Ayu dan putranya Kaesang Pangarep ikut melaksanakan salat Id di masjid tersebut.

Bersama Presiden dan keluarga, hadir pula Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta Ibu Mufidah Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dan istri Happy Farida, serta para menteri Kabinet Kerja, pimpinan lembaga negara, dan duta besar negara sahabat.

"Tanah air kita terbentang dari Sabang sampai Merauke harus dibangun dan dimakmurkan serta dipelihara persatuan dan kesatuannya," tambah Quraish.

Persatuan dan kesatuan menurut Quraish adalah anugerah Tuhan yang tidak ternilai karena sebaliknya, perpecahan dan tercabik-cabiknya masyarkat adalah bentuk siksa Allah.

Kesatuan itu menurut Quraish memiliki tiga arti.

"Pertama, kesatuan seluruh makhluk karena semua makhluk kendati berbeda-beda namun semua diciptakan dan di bawah kendali Allah," ungkap Quraish.

Arti kedua adalah, karena semua manusia berasal dari tanah sehingga semua manusia harus dihormati kemanusiannya, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat walau mereka durhaka.

"Memang jika ada manusia yang menyebarkan teror, mencegah tegaknya keadilan, menempuh jalan yang bukan jalan kedamaian, maka kemanusiaan harus mencegahnya," jelas Quraish.

Arti ketiga adalah kesatuan bangsa meski berbeda agama, suku, kepercayaan maupun pandangan politik.

"Mereka semua bersaudara, berkedududukan sama dari kebangsaan. Kesadaran tentang kesatuan dan persatuan itulah yang mengharuskan kita duduk bersama bermusyawarah demi kemaslahanan dan itulah makna 'kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan'," tambah Quraish.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017