Muntok (ANTARA News) - Rumah tempat pengasingan Presiden Soekarno di Muntok, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kurang diminati wisatawan yang datang ke Kabupaten Bangka Barat.

"Dalam tiga hari terakhir jumlah kunjungan kurang dari 100 orang, padahal wisatawan luar daerah yang datang ke Muntok cukup banyak," kata petugas jaga Pesanggrahan Muntok, Davit, di Muntok, Rabu.

Jumlah tersebut terlalu jauh berbeda dibandingkan jumlah wisatawan yang datang ke Pesanggrahan Menumbing yang setiap harinya bisa mencapai labih dari 1.000 orang selama libur Lebaran 2017.

Meskipun jumlah pengunjung sedikit di hari libur Idul Fitri 1438 Hijriah, namun Pesanggrahan Muntok tetap buka seperti hari biasa mulai pukul 09.00 hingga 17.00 WIB.

"Kami tetap melayani pengunjung sesuai jam kerja, namun setiap Jumat tutup," katanya.

Masih minimnya jumlah pengunjung ke rumah yang dijadikan tempat pengasingan Soekarno pada 1948-1949 itu kemungkinan karena belum adanya fasilitas pendukung yang disediakan pemerintah.

"Selama ini bangunan itu belum dikelola dengan baik dan sesuai kebutuhan masyarakat, untuk itu kami berharap mulai tahun depan bisa dikelola Pemkab Bangka Barat agar semakin berkembang," kata Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat, Bambang Haryo Suseno.

Ia mengatakan, bangunan aset Pemprov Babel itu sebaiknya diserahkan pengelolaannya ke Pemkab agar lebih mudah teknis penanganannya.

"Kami berharap rencana pengelolaan yang kami ajukan disetujui agar nantinya bangunan bersejarah tersebut bisa dipelihara kelestariannya sekaligus menjadi daya tarik wisatawan," katanya.

Pesanggrahan Muntok perlu dilengkapi berbagai sarana pendukung agar bisa tampil lebih menarik, seperti perpustakaan, galeri foto dan lainnya.

Selama kondisinya masih seperti saat ini, Pesanggrahan Muntok belum mampu bersaing dengan objek wisata lain dan bukan prioritas lokasi kunjungan wisatawan, untuk itu perlu segera ada pengelolaan yang lebih baik. 

Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017