Jakarta (ANTARA News) - Salah satu point guard bintang NBA, Chris Paul, baru saja dipastikan meninggalkan Los Angeles Clippers menuju Houston Rockets dalam sebuah skema pertukaran yang membuat tujuh pemain hijrah ke arah berlawanan.

Hal itu dipastikan setelah GM Rockets, Daryl Morey, mencuitkan ucapan selamat datang kepada Paul lewat akun media sosial Twitter miliknya, @dmorey, pada Rabu (29/6).

Clippers memang mendapatkan Patrick Beverley, Sam Decker, Lou Williams, Montrezl Harrell, DeAndre Liggins, Kyle Wiltjer dan Darrun Hilliard ditambah satu hak pilih Rockets dalam putaran pertama NBA Draft 2018 mendatang, namun di atas kertas Rockets menjadi pihak yang lebih diuntungkan dari kesepakatan tersebut.

Sebab Paul akan bergabung dengan James Harden, shooting guard yang justru tampil moncer di posisi point guard sepanjang musim 2016/2017 lalu hingga menjadi salah satu kandidat Pemain Terbaik atau MVP NBA 2017, meski akhirnya gelar itu disematkan kepada Russell Westbrook yang juga menorehkan catatan gemilang bertabur rekor musim lalu.

Selain Harden, Paul juga akan berada satu tim dengan pemain yang sempat dikorbankan Clipper untuk mendatangkan Paul pada musim 2011-2012 lewat skema pertukaran, Eric Gordon, yang musim lalu memenangi Kontes Tembakan Tiga Angka di ajang pekan NBA All-Star serta menyabet gelar sebagai Sixth Man Terbaik NBA 2017.

Berbekal catatan rata-rata 29,1 poin, 8,1 rebound dan 11,2 assist per laga milik Harden dan 16,2 poin per laga dari Gordon ditambah 18,1 poin dan 9,2 assist per laga yang dibawa Paul, Rockets selangkah lebih dekat menuju ambisi mereka menggoyahkan dominasi berlebih Golden State Warriors di Wilayah Barat tentu saja jika sentuhan magis Mike D'Antoni masih ampuh.

Rockets diperkirakan tengah berupaya mendatangkan satu bintang lagi lewat skema pertukaran. Nama bintang New York Knicks, Carmelo Anthony, dan Paul George yang baru-baru ini resmi menyatakan mengambil opsi status bebas kontrak dari Indiana Pacers, muncul menjadi calon kuat.

Rockets menjadi tim berikutnya yang terlibat dalam tren membangun Super Team alias tim adidaya, yang musim lalu sukses mengantarkan Kevin Durant meraih cincin juara pertamanya bersama Warriors, serta beberapa musim lalu mengantarkan LeBron James meraih dua gelar beruntun bersama Miami Heat sebelum diulanginya untuk menyudahi puasa gelar olahraga kota Cleveland, bersama Cleveland Cavaliers, dua musim lalu.

Melihat langkah yang ditempuh Rockets kali ini, lebih tepat kiranya menyebut mereka meniru rumus James dengan Big Three ketimbang membentuk tim adidaya instan ala Warriors dan Durant.


Big Three vs Adidaya Murni

James mungkin patut menjadi sasaran seluruh jari telunjuk ketika para penggila NBA membicarakan siapa yang bertanggung jawab atas merebaknya tren tim adidaya di liga bola basket paling bergengsi di dunia itu.

Hanya saja, James kala itu baru bisa mewujudkan Super Team dalam bentuk yang lebih "sederhana" yakni Big Three, rumus yang agaknya masih ia pertahankan hingga tiba saatnya mudik ke Cleveland.

Syahdan, James, seorang talenta yang disebut-sebut sebagai penerima tongkat estafet meneruskan Michael Jordan dan Kobe Bryant sebagai ikon NBA, sukses mengantarkan tim lokalnya, Cavaliers, ke final NBA 2007 hanya tiga musim setelah menyabet gelar Pemain Debutan Terbaik NBA 2004.

Namun, James dan Cavaliers harus bertekuk lutut empat laga langsung di tangan pasukan Gregg Popovich, San Antonio Spurs, yang menggondol trofi Larry O'Brien sebagai juara NBA 2007.

Sadar akan sulitnya menanggung beban sendirian di pundaknya dalam ambisi meraih gelar juara, pada musim panas 2010, James hijrah dari negara bagian Ohio menuju Florida, demi cita-citanya mengenakan cincin juara NBA di salah satu jemarinya.

James yang bermodalkan sederet prestasi perorangan seperti MVP (2009 & 2010) dan enam kali terpilih masuk All-Star bergabung dengan Dwayne Wade dan Chris Bosh membentuk apa yang kemudian dikenal sebagai Big Three.

Meski di musim pertamanya, Big Three dipencundangi Dallas Mavericks di final, Heat sukses meraup dua gelar juara beruntun pada 2012 dan 2013, walau ambisi James meraih threepeat alias tiga gelar beruntun harus tumbang, lagi-lagi di tangan Spurs, pasukan besutan Popovich yang juga menggagalkan James meraih juara di final pertamanya beberapa musim silam.

Usai kekalahan tersebut, James memutuskan mudik ke Cavaliers untuk musim 2014/2015. Kedatangan James sekaligus mengambil alih beban sebagai tulang punggung tim yang sempat dipikul Kyrie Irving.

Tak berhenti di situ, James juga sukses merayu bintang Minnesota Timberwolves sekaligus langganan All-Star NBA, Kevin Love, untuk hijrah ke Cavaliers dan membangun Big Three di kota Cleveland.

Laiknya di Heat, pada musim keduanya bersama Big Three, James sukses menyudahi 52 tahun puasa gelar olahraga profesional di kota Cleveland sembari mencatatkan rekor sebagai tim pertama yang berhasil menjuarai NBA setelah sempat tertinggal 1-3 dari Warriors di rangkaian final NBA 2016.

Hasil itu juga sebagai pembalasan atas kekalahan 2-4 di final semusim sebelumnya.

Lantas, Durant muncul sebagai sosol yang berhasil mengamati, meniru dan menyempurnakan jurus James dengan sedikit modifikasi nan cerdik.

Di musim panas 2016, Durant yang dikenal sebagai tulang punggung Oklahoma City Thunder rupanya lelah dengan kegagalan timnya menembus hadangan Warriors di Wilayah Barat dan memutuskan bergabung dengan sang lawan, yang pada musim reguler 2015-2016 mencatat rekor NBA dengan 73 kemenangan dan sembilan kekalahan berkat kepiawaian Splash Brothers, Stephen Curry dan Klay Thompson, ditambah Draymond Green.

Bersama ketiganya, Durant membentuk Fantastic Four sebagai mesin utama Warriors meraih gelar juara NBA 2017 dengan menumbangkan Big Three Cavaliers dengan skor 4-1 di rangkaian partai final.

Warriors juga memecahkan rekor 15 laga tak terkalahkan di rangkaian playoff dalam perjalanan meraih gelar juara tersebut, capaian yang hampir tak membuat satu alispun beranjak karena kekuatan di atas kertas yang adidaya berkat bergabungnya Durant.

Dalam hal ini, Durant lebih cerdik dibandingkan James. Sebab James hijrah ke tim lain namun harus bersusah payah membangun Big Three, sementara Durant hanya perlu membawa kekuatannya ke tim lain yang sudah memiliki kekuatan besar.


Angan-angan Persaingan Sehat

Kepindahan Durant ke Warriors sempat memantik reaksi tak sedap dari kalangan penggemar NBA, bahkan Komisioner NBA Adam Silver menyatakan kekhawatirannya akan persaingan sehat di liga tersebut.

Hal itu cukup wajar, mengingat Durant bergabung ke Warriors dengan modal MVP dan Top Skor NBA 2014, sedangkan tim tujuannya baru saja memecahkan rekor musim reguler terbaik NBA sepanjang masa.

Meski demikian, belakangan Silver seolah menarik ucapannya mengenai kekhawatiran akan tingkat persaingan di NBA dalam sebuah konferensi pers liga jelang final NBA 2017.

Silver tak memungkiri bahwa ketimpangan kekuatan akan terasa nyata jika Warriors berhasil mengalahkan Cavaliers empat laga langsung di rangkaian final, namun ia juga menilai Warriors diperlakukan tidak adil jika mereka dianggap membangun sebuah Tim Adidaya Instan.

"Apa yang anda lihat di Golden State, tentu saja adalah sebuah tim adidaya, yang memiliki rekor kemenangan terbanyak musim reguler sepanjang masa NBA dengan 73 kemenangan musim lalu," kata Silver dalam konferensi pers 1 Juni 2017.

"(Namun) tim itu juga dibangun berkat kejelian dalam NBA Draft serta beberapa pertukaran, bahkan meski mereka tak memiliki keuntungan pilihan lebih awal di NBA Draft," ujarnya menambahkan.

Silver menekankan bahwa hal itu meski memancing reaksi kontra, namun lebih banyak orang yang menikmatinya, seolah menjadi lampu hijau bagi tim-tim lain untuk mengumpulkan banyak bintang matang dan dengan caranya sendiri menghidupkan kembali persaingan sehat di NBA.

Sementara Rockets tengah membangun Big Three mereka sendiri dengan mencari bintang lain untuk bersanding bersama Harden dan Paul, tim-tim lain juga bergerak ke arah yang sama.

New Orleans Pelicans sudah lebih dulu memperkuat asa mereka melangkah ke rangkaian playoff dengan mendatangkan DeMarcus Cousins dari Sacramento Kings untuk berduet dengan Anthony Davis, meski perjudian itu sejauh ini belum menunjukkan gelagat positif.

Sementara itu, Isaiah Thomas yang berhasil mengantarkan Boston Celtics menjungkalkan dominasi Cavaliers di Wilayah Timur juga tengah mencari tambahan kekuatan agar bisa mengembalikan kejayaan di kota Boston.

Demikian juga Jimmy Butler yang baru saja ditukarkan Chicago Bulls ke Timberwolves, ia tengah mencari talenta lain yang saat ini berstatus bebas kontrak untuk membangun kekuatan baru di Minnesota.

Jangan lupakan keputusan Paul George untuk mengambil status bebas kontrak dan menimbulkan berbagai spekulasi ke mana ia akan berlabuh, termasuk ke Cavaliers untuk menjadi bagian baru Big 3 tim tersebut.

Terakhir dan tak boleh diremehkan adalah Spurs yang masih menggantungkan nasib mereka dari tangan dingin Poppovich yang dikenal tak kemaruk mengejar bintang, namun mengasah bakat mentah menjadi bintang cemerlang laiknya, Kawhi Leonard.

Pada 1 Juli 2017, NBA akan memulai masa negosiasi bagi para pemain yang statusnya memasuki bebas kontrak, setiap tim dipastikan akan berlomba-lomba menambah kekuatan mereka demi menghadirkan persaingan sehat yang diidam-idamkan, boleh jadi melalui cara membangun tim adidaya instan.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017