Ini adalah hasil dari perubahan karakter konflik kontemporer."
Sydney (ANTARA News) - Australia menciptakan divisi siber militer yang pertama kalinya guna memperluas aksi menghadapi serangan kalangan peretas dan musuh-musuh asing, termasuk kelompok ISIS, kata Menteri Pembantu Perdana Menteri Australia untuk Keamanan Siber,  Daniel Thomas Tehan.

"Ini adalah hasil dari perubahan karakter konflik kontemporer," ujarnya kepada wartawan di Melbourne, Jumat (30/6).

Divisi yang dikenal sebagai divisi informasi perang itu, menurut dia, akan memungkinkan Australia untuk meningkatkan jenis serangan siber terhadap kelompok ISIS, yang dinilai Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull tahun lalu membuat kontribusi yang berharga dalam upaya mengendorkan pengaruh kelompok militan di Suriah dan Irak.

Serangan siber melengkapi serangan udara dan serangan perang lain yang merupakan bagian dari peran Australia dalam koalisi yang pimpinan Amerika Serikat (AS) untuk memerangi kelompok IS, kata Menteri Pertahanan Personal di Australia itu, layaknya dikutip kantor berita Reuters.

Tehan, yang juga Menteri Urusan Veteran, menekankan bahwa divisi baru itu juga akan bertanggung jawab untuk melindungi angkatan bersenjata Australia dari serangan siber.

Instansi lain dalam Pemerintahan Autstralia juga akan memperluas aksinya dari pertahanan ke serangan siber terhadap penjahat di luar wilayah Negeri Kanguru itu.

Langkah tersebut terjadi di tengah gelombang serangan siber global, termasuk satu serangan program jahat komputer yang menyandera dokumen korban dengan algoritma enkripsi khusus yang dimintai tebusan (ransomware) jenis Petya dari Ukraina pekan ini, dan serangan ransomware WannaCry di bulan Mei 2017 yang menginfeksi komputer di lebih dari 100 negara.

Australia telah berhasil lolos dari kerugian yang signifikan akibat serangan itu, meskipun Tehan mengatakan bahwa dampak global menunjukkan keperluan membawa pertempuran siber dengan para peretas asing.

"Kita harus memastikan bahwa kita menjaga para ibu dan ayah, usaha kecil, bisnis besar, pemerintahan, departemen dan lembaga, tetap aman di negara ini," denikian Daniel Thomas Tehan.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017