Kulon Progo (ANTARA News) - Ribuan wisatawan membanjiri objek wisata Hutan Mangrove Wana Tirta, Pasir Mendit, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, meski ada koflik jalan yang dilalui menuju mangrove.

Koordinator Hutan Mangrove Wana Tirta Warso di Kulon Progo, Sabtu, mengatakan sejak Senin (26/6) warga Jogoboyo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo (Jawa Tengah) melakukan pembangunan gorong-gorong di jalan menuju arah wisata Mangrove Kadilangu dan Pasir Mendit, sehingga berdampak pada turunnya jumlah pengunjung.

Wilayah Jogoboyo merupakan pintu utama masuknya wisatawan mangrove. Sedangkan, hutan mangrove sendiri masuk wilayah Kabupaten Kulon Progo, sehingga wilayah Jogoboyo hanya dilewati wisatawan, dan mereka tidak menikmati adanya perkembangan hutan mangrove.

"Hal ini yang menyebabkan warga Jogoboyo membuat gorong-gorong, supaya wisatawan yang akan ke mangrove memarkir kendaraan di wilayah mereka dan naik ojek yang disediakan warga," kata Warso.

Setelah ada kasus pembangunan gorong-gorong tersebut, Wana Tirta kerja sama dengan Karang Taruna Desa Karanganyar yang ada di sebelah barat Desa Jogoboyo. Ada kesepakatan antara Wana Tirta dan Karang Tarunan Karanganyar, yakni mereka menyediakan lahan parkir, memberikan akses jalan desa kepada pengunjung mangrove.

Selain itu, Wana Tirta memberikan hak bagi Karang Taruna Karanganyar mengelola parkir. Lahan parkir yang mereka sediakan juga sangat berdekatan dengan kawasan mangrove yang dikelola Wana Tirta.

"Kami melakukan kerja sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Kami selalu terbuka untuk komunikasi, demi kemajuan bersama," katanya.

Meski ada aksi pembangunan gorong-gorong, lanjut Warso, wisata mangrove yang dikelola Wana Tirta justru mengalami peningkatan yang signifikan. Wisatawan yang akan ke Mangrove Kadilangu dan Api-api berpindah ke Wana Tirta.

Namun demikian, ia mengakui spot-spot atau titik-titik foto yang ditawarkan Wana Tirta tidak sebanyak Api-api, pihaknya mengedepankan pengelolaan mangrove secara kekeluargaan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah pengunjung, setiap hari rata-rata sebanyak 1.500 selama libur lebaran. Pada hari-hari biasa, jumlah pengunjung berkisan 400 sampai 500 orang serta pada Sabtu dan Minggu berkisar 1.000 per hari.

"Kami tidak menaikan harga tiket masuk hutan mangrove yakni Rp5.000 per orang," katanya.

Kasi Objek Daya Tarik Wisata Dinas Pariwisata Kulon Progo Didik mengatakan pihaknya sudah melakukan fasilitas antara warga Jogoboyo dan pelaku wisata hutan mangrove. Tapi ternyata, mereka tidak menemukan titik temu.

"Kami tidak bisa berbuat banyak karena wisata mengrove pengolaannya oleh masyarakat dan belum ada peraturan desa yang mengatur," katanya.

Saat ini, kata Didik, Dispar sedang melakukan kajian pembangunan jalan setapak dengan titik jembatan Sungai Bogowonto ke timur. Saat ini, wisatawan hutan mangrove menggunakan jalan di Desa Jogoboyo sebagai akses utama.

"Kalau seperti ini terus, konflik berkepanjangan yang rugi mereka sendiri, baik masyarakat dan pengelola," katanya.

(U.KR-STR/I006)

Pewarta: Sutarmi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017