Surabaya (ANTARA News) - Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya mengungkap senjata "airsoft gun" yang digunakan pelaku pembobolan rumah Mayor Tunggul Waluyo di Jalan Simorejo Surabaya pada Rabu dini hari merupakan senjata yang sama dengan penembakan di Jembatan Suramadu.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Surabaya Ajun Komisaris Besar Polisi Shinto Silitonga kepada wartawan di Surabaya mengatakan peluru senjata airsoftgun milik pelaku pembobolan rumah Mayor Tunggul Waluyo yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) identik dengan yang diberondongkan kepada aparat kepolisian di Jembatan Suramadu, Jawa Timur, pada Agustus 2016.

Keyakinan itu diperkuat setelah polisi mengidentifikasi pemilik senjata airsoft gun tersebut bernama Abdul Azis alias Azis Sabrang, warga Desa Jeddih, Kecamatan Socah, Bangkalan, Jawa Timur.

Pemuda berusia 28 tahun itu merupakan buronan polisi yang sejak tahun 2016 masuk dalam daftar pencarian orang terkait kasus pencurian kendaraan bermotor atau curanmor spesialis roda empat jenis L300 di sebanyak 88 TKP.

"Bulan Agustus 2016 kami melakukan penyekatan di Jembatan Suramadu untuk memburu pelaku pencurian mobil L300 ini. Namun pelaku memberondongkan tembakan kepada aparat dan berhasil kabur," ucap Shinto.

Berondongan tembakan yang dilayangkan pelaku di Jembatan Suramadu tersebut salah satunya mengenai perut Ajun Komisaris Polisi (AKP) Agung Pribadi yang ketika itu menjabat Kepala Unit Reserse Mobil Polrestabes Surabaya.

"Peluru yang bersarang di perut AKP Agung itu setelah kami uji adalah jenis airsoftgun, yang ternyata identik dengan senjata airsoftgun yang dibawa Abdul Azis saat beraksi di rumah Mayor Tunggul di Jalan Simorejo Surabaya pada dini hari tadi," ujarnya.

Abdul Azis tewas seketika saat bersama dua orang komplotannya tepergok mencuri sepeda motor Honda Beat warna biru nomor polisi L 3605 WM dari garasi rumah Mayor Tunggul. Pemilik rumah yang merupakan anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) itu melayangkan tembakan tepat di dahinya.

Mayor Tunggul, anggota TNI AL yang bertugas sebagai Paopsjar Sekopaska Pusdiksus Kodikopsla Lantamal V Surabaya juga berhasil melesatkan tembakan kepada seorang pelaku lainnya. Meski berhasil melarikan diri, Nadi Binto, nama pelaku lain yang tertembak itu, akhirnya tewas di tengah pelariannya.

Tinggal seorang pelaku yang hingga kini masih melarikan diri, Shinto memastikan telah mengantongi identitasnya, dan telah mengerahkan anggota untuk memburunya.

Shinto mengisahkan, saat terjadi baku tembak dengan polisi di Jembatan Suramadu, Abdul Azis merupakan anak buah dari Muhammad Soleh alias Sadeng. Pimpinan gembong curanmor spesialis roda empat jenis L300 itu akhirnya mati ditembak polisi pada September 2016 di kawasan Simokerto Surabaya.

"Rupanya setelah ditinggal mati Sadeng, Abdul Azis merekrut anggota baru dan lebih fokus melakukan kejahatan curanmor roda dua," ucap Shinto.

Menjadi ciri khas komplotan jaringan Sadeng, setiap beraksi selalu membekali diri dengan senjata airsoft gun dan pisau penghabisan. Bahkan saat Abdul Azis tewas, juga ditemukan semacam tali berupa sabuk warna hitam yang diduga diyakininya sebagai jimat.

Shinto memastikan akan memberantas habis jaringan baru curanmor yang dibentuk oleh Abdul Azis ini. "Salah satunya masih sedang kami buru seorang pelaku pencurian sepeda motor yang kabur usai beraksi di rumah Mayor Unggul ini," katanya.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo dan Hanif Nashrullah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017