Wisata dan kuliner merupakan dua kata yang terpisah, namun dalam praktiknya tidak dapat dipisahkan, bahkan dengan sendirinya menjadi satu kesatuan, "wisata kuliner".

Jalan-jalan memang belum lengkap rasanya tanpa mencicipi penganan daerah khas setempat, tak terkecuali di Kota Ho Chi Minh, Vietnam.

Kota Ho Chi Minh terletak di bagian Selatan Negara Sosialis Republik Vietnam yang dulunya --sebelum 1976--, pernah menjadi Ibu Kota negara Vietnam Selatan.

Berbicara tentang kuliner Vietnam, pasti tidak terlepas dari penganan yang disebut Pho (dibaca feu), yaitu sajian mi berwarna putih, bertekstur lembut dan kenyal yang direbus dengan kaldu dan potongan daging, kemudian disajikan dengan tauge, daun mint serta daun ketumbar.

Di sejumlah negara, Pho sudah bisa ditemukan di restoran-restoran Khas Vietnam, namun tentu rasanya tidaklah sama apabila menikmatinya di negara asal.

Harga Pho di Ho Chi Minh mulai dari 40.000-120.000 dong Vietnam atau sekira Rp23.000-Rp70.000.

Di luar itu, masih banyak penganan-penganan lainnya, termasuk jajanan yang sayang sekali untuk dilewatkan, di antaranya Banh Trang Tron, Keo CHi dan Xoi.

Nama-nama kuliner tersebut memang terdengar asing dan sulit diucapkan bagi orang Indonesia, namun tidaklah jauh berbeda apabila dilihat dari segi bahan dasar, bentuk atau rasanya.



Banh Trang Tron

Sekilas penampakan camilan ini mirip dengan lumpia kering, hanya saja cara pembuatannya tidak digoreng, melainkan dibakar.

Banh Trang Tron terdiri dari daging cincang, parutan mangga muda serta dedaunan, seperti kemangi, mint dan bawang, yang ditaruh di atas adonan tipis seperti kulit lumpia yang terbuat dari tepung beras, kemudian dilipat dan dibakar.

Camilan ini terbilang unik karena dijajakan oleh penjual pikulan dan dibakar di atas bara api.

Harga per porsinya cukup terjangkau, yaitu 15.000 dong Vietnam atau sekira Rp8.800.

Salah seorang pelancong asal Fillipina, Bernard mengaku tak mau terlewat untuk menikmati kuliner yang satu itu.

"Makanan ini murah, tapi enak, pedas dan rasanya unik. Itu kira-kira yang bisa saya gambarkan karena saya bukan orang Vietnam asli," ujarnya.

Bernard mengaku akan membelinya lagi karena ia sangat terkesan dengan rasanya yang unik dan harganya sangat murah.

"Ini pertama kalinya saya mencicipi dan saya akan beli lagi," katanya.

Banh Trang Ton biasanya dijajakan pada malam hari dan bisa ditemukan di sudut kota Ho Chi Minh, terutama di jalanan pusat keramaian.

Namun, tips bagi pelancong, jangan sembarangan memotret aktivitas penjualnya tengah memasak Bahn Trang Tron karena mereka biasanya menolak untuk difoto.

Apalagi hanya memotret dan tidak membeli, mereka langsung menunjukkan wajah yang kurang ramah.


Keo Chi

Kalau Banh Tran Tron bercita rasa gurih dan pedas, jajanan yang satu ini "terlalu manis" untuk dilewatkan, yaitu Keo Chi.

Sekilas camilan ini seperti harum manis atau sebagian menyebutnya "rambut nenek" yang diapit oleh dua lembar kue beras tipis nan gurih.

Ternyata helaian halus itu bukan berbahan dasar gula, seperti yang ada di harum manis, namun kelapa muda yang diserut memanjang.

Banyak yang menyebut Keo Chi sebagai "permen melar" atau stretchy candy karena salah satu komposisinya, yaitu cairan lengket berbahan dasar gula, seperti gulali, yang akan memanjang bila ditarik.

Cara menyajikannya, yaitu siapkan satu lembar kulit berbahan dasar beras, bedanya sangat lentur tidak renyah seperti yang ada pada harum manis.

Kemudian, taruh sejumlah daging kelapa serut, susu kental manis, potongan kacang, dan adonan gula tadi kemudian dilipat menyerupai martabak.

Suta, wisatawan asal Indonesia juga sempat mencicipi Keo Chi dan terkesan dengan rasanya.

"Kelapanya kayak beda sama yang di Indonesia, wangi," ujarnya. 

Satu porsi Keo Chi sangat murah, yaitu 10.000 dong Vietnam atau Rp6.000.



Xoi

Kalau Indonesia punya ketan susu, Vietnam punya Xoi. Tidak jauh berbeda memang, karena dibuat dari bahan dasar yang sama, yaitu nasi ketan.

Xoi (dibaca soy) merupakan camilan yang banyak ditemui di pusat keramaian kota Ho Chi Minh, salah satunya pusat perbelanjaan oleh-oleh Khas Vietnam, Ben Thanh Market atau Pasar Ben Thanh.

Layaknya penganan berbahan dasar nasi ketan pada umumnya, Xoi terbuat dari nasi ketan yang dimasak kemudian ditaburi kelapa parut dan santan kental nan manis.

Bedanya, Xoi tidak berwarna putih polos, melainkan warna-warni, ada hijau, kuning, oranye bahkan ungu.

Selain itu, ketan ini tidak menggunakan susu kental manis, hanya santan kental yang sudah dimasak dengan gula, seolah terlihat seperti susu kental manis.

Salah satu pelancong dari Indonesia Rosaria Listiani (19) kedapatan tengah melahap Xoi.

Rosaria yang akrab disapa Ocha mengaku itu pertama kalinya Ia menikmati camilan khas Ho Chi Minh itu.

"Ini enak banget, rasanya mirip dengan ketan di Indonesia," ujar Ocha yang mulai bosan dengan kuliner Vietnam tersebut.

Ocha pun melahap habis satu porsi Xoi yang dihargai 20.000 dong Vietnam atau sekitar Rp12.000.

Gadis asal Salatiga, Jawa Tengah, itu pun akan kembali membeli lagi penganan yang cukup mengenyangkan itu.

Berbeda dengan Ocha, pelancong asal Aceh, Intan (17) kurang menyukai camilan Xoi.

"Kok aku kurang suka ya, rasanya kurang cocok," kata mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Aceh itu.

Sementara itu, warga Vietnam sendiri tak mau kalah juga berburu camilan tersebut.

Nancy yang merupakan warga negara Vietnam, tepatnya berasal dari wilayah Tengah Vietnam, Da Nang, juga membeli Xoi di Pasar Ben Thanh saat kunjungannya ke Ho Chi Minh.

Ia mengaku rindu dengan penganan tersebut karena tengah menempuh studi di Amerika Serikat dan kali ini berkesempatan pulang kampung untuk menghadiri program pertukaran pemuda, ASEAN Youth Exchange on Education 2017.

"Rasanya manis, saya suka dan ini aman untuk wisatawan muslim karena halal," ujarnya.

Xoi banyak ditemukan di sepanjang jalan Pasar Ben Thanh yang banyak menjajakan oleh-oleh serta berbagai produk Khas Vietnam.

Pasar Ben Thanh juga terkenal sebagai tempat yang wajib dikunjungi ketika berkunjung di Kota Ho Chi Minh.

Namun, ada yang harus diperhatikan, pengunjung harus pintar menawar karena penjual memasang harga yang sangat tinggi pada awalnya.

Selain itu, hati-hati dalam membawa barang berharga, jangan terlalu sering menunjukkan di depan umum karena sangat mencolok dan mengundang perhatian.

Apabila ingin berfoto atau merekam, seperlunya saja, kemudian masukan kembali ke dalam tas yang diposisikan di depan, bukan di belakang demi keamanan.



Phuc Long

Es Kopi Vietnam. Mendengar nama itu tentu tidak asing bagi warga Indonesia pada umumnya karena hal itu sempat menggegerkan publik lantaran digunakan sebagai media dalam kasus pembunuhan beberapa waktu lalu.

Mendengar namanya juga sempat membuat merinding karena selalu dikaitkan dengan bahan kimia mematikan, yaitu sianida.

Namun, tidak perlu takut karena es kopi Vietnam yang ditemukan di tiap sudut kota Ho Chi Minh dijamin aman, salah satunya yang dijajakan di kedai kopi khas Vietnam, Phuc Long.

Tidak hanya kopi, kreasi teh banyak macamnya, mulai dari es kopi Vietnam itu sendiri sampai green tea latte atau oolong milk tea.

"Rasanya enak, teman-teman saya juga suka pergi ke Phuc Long, Peach Tea juga enak rasanya," kata salah seorang warga setempat, Nguyen Thi Thao Nhi, yang membeli oolong Milk Tea.

Dia mengaku sering mengunjungi kedai kopi itu bukan hanya karena rasanya, tetapi juga harganya yang terjangkau.

Jika dibandingkan dengan kedai kopi yang sudah terkenal, mulai dari 25.000-49.000 dong Vietnam atau sekitar Rp15.000-Rp30.000.

Buat para pecinta kopi juga bisa membeli biji kopi atau bagi yang tidak mau repot harus menggilingnya sendiri di rumah, bisa dilakukan di kedai kopi Phuc Long yang dibantu oleh para pelayan. 

Oleh Oleh Juwita Trisna Rahayu
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017