New York (ANTARA News) - Bursa saham Wall Street ditutup menguat pada Kamis (Jumat pagi WIB), karena para investor mencerna sejumlah data ekonomi serta prospek peritel raksasa Target yang lebih cerah.

Indeks Dow Jones Industrial Average menambahkan 20,95 poin atau 0,10 persen menjadi berakhir di 21.553,09 poin, mencatat rekor penutupan tertinggi, lapor Xinhua.

Sementara itu, indeks S&P 500 naik 4,58 poin atau 0,19 persen menjadi ditutup pada 2.447,83 poin, dan indeks komposit Nasdaq meningkat 13,27 poin atau 0,21 persen menjadi berakhir di 6.274,44 poin.

Dalam pekan yang berakhir 8 Juli, angka pendahuluan untuk klaim awal pengangguran disesuaikan secara musiman mencapai 247.000, turun 3.000 dari tingkat direvisi minggu sebelumnya, Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada Kamis (13/7).

Dalam laporan terpisah, departemen tersebut mengatakan bahwa Indeks Harga Produsen yang disesuaikan secara musiman untuk permintaan akhir meningkat 0,1 persen pada Juni, di atas ekspektasi para ekonom. Harga permintaan akhir tidak berubah pada Mei dan naik 0,5 persen pada April.

Dalam berita perusahaan, Target mengatakan bahwa sekarang memperkirakan akan melihat peningkatan moderat dalam penjualan toko-tokonya di kuartal kedua, memberikan dorongan langka bagi para peritel.

Target menambahkan, pihaknya mengharapkan pendapatan kuartal kedua datang di atas puncak perkiraan. Saham peritel tersebut naik 4,74 persen menjadi 53,28 dolar AS.

Saham Wal-Mart, komponen Dow, naik 1,49 persen menjadi 75,05 dolar AS menyusul berita tersebut.

Sementara itu, Ketua Federal Reserve Janet Yellen bersaksi di depan Kongres untuk hari kedua.

Dia mengatakan bahwa target pemerintahan Trump untuk mencapai pertumbuhan PDB tiga persen akan segera menjadi "tantangan," karena pertumbuhan produktivitas sangat sulit bergerak.

Pada Rabu (12/7), Wall Street menyambut pandangan Yellen tentang kenaikan tingkat suku bunga secara bertahap. Dow, S&P 500, dan Nasdaq masing-masing naik 0,57 persen, 0,73 persen, dan 1,10 persen.

Yellen mengatakan bahwa bank sentral kemungkinan akan mulai mengurangi neraca yang besar 4,5 triliun dolar AS tahun ini. The Fed memperkuat neraca sebagai cara untuk merangsang ekonomi selama dan setelah krisis keuangan.

Dia menambahkan Fed memantau inflasi rendah karena tetap menjadi salah satu ketidakpastian utama dalam prospek ekonomi.

(U.A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017