Mahasiswa masuk di kampus untuk mencari ilmu pengetahuan dengan waktu yang dibatasi, jadi tidak mungkin berlarut-larut dengan kegiatan organisasi."
Palu (ANTARA News) - Rektor Universitas Tadulako (Untad) Palu, Muhammad Basir menyatakan pihaknya telah merealisasikan nota kesepahaman dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) terkait program deradikalisasi ditingkatan mahasiswa.

"Kami telah membentuk Pusat Pengembangan Deradikalisasi dan Pengembangan Sosio-Akademik atau disebut (Puspaddepsa) yang dipimpin oleh Doktor Rahmat Bakri," kata Basir di Palu, Senin.

Unit kerja ini kata Basir merupakan perintah pemerintah pusat untuk program deradikalisasi dan Untad merupakan salah satu dari 63 perguruan tinggi di Indonesia yang ikut terlibat di dalamnya.

"Ada tiga perguruan tinggi yang sudah menandatangi nota kesepahaman dengan Kemendagri yakni Universitas Tadulako, Universitas Hasanuddin dan Univesritas Haluleo," ungkapnya.

Rektor menegaskan bahwa unit kerja ini merupakan bentuk kerja nyata dari perguruan tinggi dalam menangkal upaya-upaya yang dapat melemahkan kesatuan bangsa dan negara, sehingga bukan hanya sekadar deklarasi-deklarasi saja.

Kedepan kata Rektor, pusat pengembangan ini akan mengambil peran yang sangat strategis dalam kehidupan berlembaga mahasiswa di kampus Untad. Karena semua pimpinan lembaga mahasiswa, termasuk pengurus di dalamya, harus dihasilkan dari proses pengkaderan di Puspaddepsa.

"Sebagai calon-calon pemimpin lembaga kemahasiswaan, mereka harus memiliki sertifikat yang layak. Sehingga ada jaminan, mereka tidak mudah dimasuki atau diintervensi pihak-pihak luar yang tidak bertanggungjawab," jelasnya.

Sebagai calon pemimpin di lembaga kemahasiswaan, luaran dari pusat pengembangan ini akan dibentuk cara berpikir, namun tidak dikungkung proses akademik mereka. Proses pengembangan akademik tetap berjalan dan selalu diingatkan bahwa paling penting yakni peningkatan kapasitas dan menumbuhkan toleransi antar sesama.

Sebagai calon pemimpin, mereka juga dibekali oleh ilmu-ilmu dan pemahaman akan pentingnya toleransi antar umat beragama, cinta NKRI, UUD 1945 dan Pancasila, yang harus mereka miliki dan hayati dalam hati.

Terkait kondisi kemahasiswaan di Untad saat ini, menurut Rektor belum ada yang terkontaminasi paham-paham radikalisme yang berbahaya. Namun dia tidak menafikan, bahwa ada beberapa mahasiswa yang memiliki cara pandang dan berpikir berbeda. Sehingga ini merupakan tugas bersama untuk dapat diberikan pemahaman akan pentingnya dunia akademik.

"Mahasiswa masuk di kampus untuk mencari ilmu pengetahuan dengan waktu yang dibatasi, jadi tidak mungkin berlarut-larut dengan kegiatan organisasi," tutup Rektor.

Pewarta: Fauzi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017