New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia berbalik naik atau "rebound" pada perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) setelah sehari sebelumnya turun, karena laporan mengatakan Arab Saudi sedang mempertimbangkan upaya lebih lanjut untuk membatasi ekspor minyak mentah.

Arab Saudi kemungkinan akan memangkas ekspor minyak mentah hingga satu juta barel per hari, Financial Times melaporkan pada Selasa (18/7), mengutip seorang konsultan di Petroleum Policy Intelligence.

Sementara itu, dolar AS yang lebih lemah membuat minyak yang dihargakan dalam mata uang dolar lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,55 persen menjadi 94,608 pada perdagangan akhir.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus meningkat 0,38 dolar AS menjadi menetap di 46,40 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sedangkan patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September, naik 0,42 dolar AS menjadi ditutup pada 48,84 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Harga minyak telah meningkat selama lima hari berturut-turut pada pekan lalu, didukung oleh meningkatnya permintaan minyak global.

Badan Energi Internasional (IEA) mengeluarkan prospek kuat untuk permintaan minyak global, dengan mengatakan bahwa konsumsi di Tiongkok, Jerman dan Amerika Serikat meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Namun harga minyak dunia turun pada Senin (17/7), karena para investor khawatir tentang kenaikan produksi minyak mentah Amerika Serikat.

Produksi minyak di beberapa daerah minyak serpih (shale oil) AS akan meningkat 113.000 barel per hari, Badan Informasi Energi AS (EIA) memperkirakan pada Senin (17/7), demikian Xinhua.

(UU.A026)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017