Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyebutkan kemampuan baca tulis dan berhitung (calistung) siswa di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) masih lemah.

"Dari hasil pemetaan yang kami lakukan, melalui guru-guru Sarjana Mengajar di daerah 3T (SM3T), diketahui bahwa cukup banyak siswa di tingkat pendidikan dasar dan menengah yang lemah kemampuan calistungnya," ujar Kasubdit Pendidikan Menengah Bidang Layanan Pendidikan Khusus dan Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud, Dra Renny Yunus MM, di Jakarta, Rabu.

Oleh karena itu, pihaknya berupaya meningkatkan literasi di sekolah daerah 3T. Salah satu caranya, adalah menyelenggarakan program pemerataan mutu guru dalam peningkatan literasi di sekolah 3T.

Program literasi itu, lanjut dia, sangat penting untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dari negara lainnya.

"Melalui program ini, guru-guru dilatih dengan menggunakan muatan lokal untuk membangkitkan semangat membaca anak didik."

Dia menjelaskan para guru menggunakan media lagu, cerita rakyat dan juga kerajinan khas dari daerah untuk meningkatkan minat baca. Namun, ia menyadari ada kendala lainnya yakni banyak siswa yang harus dijemput guru agar mau bersekolah.

"Karena di banyak daerah 3T, anak itu membantu orang tua bukan sekolah," tambah dia.

Program literasi tersebut, lanjut dia, diselenggarakan di 20 kabupaten yang termasuk ke daerah 3T. Tak hanya guru, pada program ini Kemdikbud juga melibatkan dinas pendidikan setempat. Setelah pelatihan selesai, dinas pendidikan diminta untuk membuat rencana kerja peningkatan literasi di daerahnya.

"Kami selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah 3T. Kegiatan ini rencananya akan dilangsungkan berkesinambungan, dengan melibatkan kabupaten 3T lainnya pada tahun depan," jelas Renny yang juga ketua pelaksana program tersebut.

Pewarta: Indriani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017