Yerusalem (ANTARA News) - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang memperdebatkan apakah akan mencopot detektor logam kompleks Masjid Al Aqsa di tengah sengketa dengan warga Palestina mengenai akses ke kompleks tempat suci di wilayah pendudukan Yerusalem timur itu menurut warta media Israel pada Rabu (19/7).

Netanyahu, yang sedang mengunjungi Hongaria, berkonsultasi dengan para pejabat keamanan Israel mengenai apakah akan mencopot detektor logam di kompleks Al Aqsa menjelang Salat Jumat, yang biasanya diikuti lebih dari 30 ribu orang.

Media Israel mengutip beberapa mantan kepala polisi yang mengingatkan bahwa pemasangan detektor logam untuk mengamankan ribuan jemaah akan memicu kerusuhan besar.

Laporan itu muncul sementara ribuan Muslim beribadah empat malam berturut-turut di luar kompleks Haram al-Syarif, yang dikenal dengan nama Tample Mount oleh orang Yahudi, ketimbang melewati pendeteksi logam untuk masuk ke dalam kompleks.

Usai salat, warga Palestina melakukan aksi untuk memprotes pengetatan pengamanan, menyatakan mereka siap "mengorbankan diri untuk (masjid) Al Aqsa dengan jiwa dan darah kami" di bawah pengawasan penjaga perbatasan Israel.

Jumat lalu, tiga orang Arab Israel melepaskan tembakan ke polisi Israel, menewaskan dua petugas sebelum berlari ke kompleks tempat petugas keamanan menembak mati mereka.

(Baca juga: Indonesia prihatin situasi di kompleks Al Aqsa memburuk)

Setelah serangan itu, Israel menutup kompleks tempat suci itu, menyatakan penutupan itu perlu dilakukan untuk melakukan pemeriksaan keamanan.

Tempat suci itu kembali dibuka pada Minggu, namun dengan pendeteksi logam di pintu masuk, memicu warga Palestina melakukan pemboikotan karena menuduh Israel berupaya meningkatkan kontrol mereka terhadap situs sensitif itu, demikian menurut warta kantor berita AFP. (ab)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017