Bengkulu (ANTARA News) - Tim relawan sapu jerat Bengkulu berhasil membersihkan sembilan jerat harimau sumatera atau Phantera tigris Sumatera yang dipasang para pemburu liar di kawasan hutan di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.

"Ada sembilan jerat harimau yang kami temukan dan bersihkan dari hutan wilayah Seluma," kata Koordinator tim relawan Rafik Sanie di Bengkulu pada Kamis.

Dari sembilan jerat yang dibersihkan, sebanyak empat jerat masih aktif, sementara lima lainnya sudah tidak berfungsi.

Tim yang terdiri dari para pemuda dan mahasiswa pecinta alam membongkar jerat-jerat tersebut.

Sapu jerat, kata Rafik, masih berlangsung hingga empat hari ke depan dengan menyisir kawasan hutan yang diduga menjadi area perburuan liar satwa langka itu.

Sapu jerat harimau yang dikoordinasikan oleh Forum Harimau Kita (FHK) merupakan aksi nyata keterlibatan masyarakat dalam menyelamatkan harimau sumatera sekaligus memperingati Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day 2017.

Selain Seluma, tim relawan juga masuk ke kawasan hutan di Kabupaten Bengkulu Utara, Mukomuko, dan Kabupaten Kaur.

Rafik menjelaskan, empat wilayah tersebut menjadi sasaran tim sapu jerat mengingat jumlah konflik antara manusia dan harimau, termasuk angka perburuan liar cukup tinggi di daerah-daerah itu.

Menurut data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung, pada kurun waktu 2008 - 2015 telah terjadi 81 kasus konflik manusia dengan harimau di wilayah Provinsi Bengkulu, disertai kasus perburuan liar.

Karena itu, partisipasi dan kolaborasi dari berbagai pihak dibutuhkan untuk penyelamatan harimau yang tersisa di wilayah ini, tegas Rafik.

Harimau sumatera merupakan spesies harimau terakhir yang dimiliki Indonesia setelah kepunahan harimau bali dan harimau jawa.

Kelestarian satwa langka dilindungi ini semakin terancam akibat kehilangan habitat serta perburuan liar, sehingga menempatkannya dalam daftar merah atau critically endangered (terancam punah) oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2017