Jakarta (ANTARA News) - Psikolog Tika Bisono mengingatkan bahwa orang tua bisa jadi sumber perundungan dengan sering kali membandingkan anak dengan anak lain.

"Orang tua sering membanding-bandingkan anak. Mungkin maksudnya itu bagus untuk memberi motivasi, tapi harus balance. Ketika dia melakukan hal baik juga harus dipuji. Kalau tidak, bisa jadi orang tua sumber pem-bully nomor satu," kata dia kepada ANTARA News saat dihubungi melalui sambungan telpon, Kamis.

Jika orang tua terus melakukan perundungan di dalam rumah, anak dikhawatirkan akan menerima dan tidak dapat melawan perundungan yang terjadi di luar rumah.

Menurut Tika, orang tua seharusnya mengajarkan tahapan awal perundungan kepada anaknya agar dapat mempertahankan diri di luar rumah.

"Misalnya, kakak dan adik berkelahi, tidak apa-apa. Orang tua hadir bukan membela salah satu, tapi untuk menghadirkan pengadilan. Hal ini agar anak belajar membela diri sendiri tetapi juga belajar untuk tidak membuat masalah," ujar Tika.

"Contoh lain, Ibu bisa mengatakan kesalahan anak sembari memberikan pembelaan, "Kemarin baju kakak kotor semua karena kena es krim, tapi enggak apa-apa ya bisa ganti baju," seperti itu," sambung dia.

Sayangnya, Tika merasa tidak banyak orang tua di Indonesia yang dapat bersikap seperti itu. Orang tua sebaiknya tidak hanya menghukum yang salah, tetapi juga mulai menghargai mereka yang membela diri.

"Kalau ini diajarkan dari kecil, bully akan sangat kecil. Kalau seseorang melakukan pem-bully-an dan korban membela diri, tidak akan terjadi tindakan pem-bully-an," kata Tika.

Hal ini juga mengantisipasi tindakan perlawanan perundungan yang biasanya berdampak lebih dahsyat.

"Saat berhasil bela diri dan pembulian berhenti tidak akan jadi dendam. Dendam terjadi kalau korban bully tidak bisa bela diri, kemudian terjadilah balas dendam yang dampaknya lebih dahsyat dari pem-bully-an," ujar Tika.

Baca juga: Cara bedakan candaan dan perundungan

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017