Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mengakui dampak penurunan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) belum berdampak terhadap penurunan suku bunga kredit secara signifikan.

"Transmisi kebijakan moneter terhadap suku bunga kredit masih berlanjut. Suku bunga perbankan masih ke arah penurunan meskipun dalam magnitude yang lebih kecil atau melambat," kata Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo saat jumpa pers di Jakarta, Kamis malam.

Dody menyebutkan, pada Mei 2017 suku bunga kredit turun 6 basis poin dan suku bunga deposito turun 5 basis poin. Sementara itu,sejak Januari 2016 hingga Mei 2017, dimana bank sentral telah menurunkan BI &-day Repo Rate secara total 150 basis poin, total suku bunga kredit sendiri telah turun 106 basis poin dan suku bunga deposito turun 143 basis poin.

"Kita melihat transmisi moneter kita masih berjalan, memang ada perlambatan ini karena terpengaruh kondisi ekonomi domestik juga," ujar Dody.

Sejak diberlakukannya BI 7-day RR Rate sebagai suku bunga acuan, tercatat hanya tiga kali perubahan yang diterapkan oleh BI terhadap instrumen ini yaitu pada awal diterapkannya BI 7-day RR Rate sebesar 5,25 persen, September 5 persen, dan terakhir pada Oktober 2016 sebesar 4,75 persen. Hingga saat ini, BI 7-day RR Rate masih berada di angka yang sama.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Juli 2017 memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75 persen.

Sementara itu, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 4 persen dan Lending Facility tetap sebesar 5,5 persen, berlaku efektif sejak 21 Juli 2017

Kajian Tengah Tahun Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyebutkan, suku bunga kredit mengalami penurunan, namun penurunan yang terjadi selam pemberlakuan BI 7-day RR Rate hingga triwulan I-2017 tidak signifikan dan tidak sejalan dengan suku bunga acuan tersebut.

Hal tersebut terlihat dari rata-rata penurunan suku bunga kredit hanya berkisar 0,05 persen hingga 0,11 persen yang mana menjadi indikasi bahwa sulitnya dana untuk masuk ke dalam sektor riil.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017