Setiap napas politik luar negeri kita, selalu ada Palestina...
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia mendorong pemulihan hak beribadah bagi umat Islam di kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem, yang dipasangi detektor logam oleh pemerintah Israel setelah penembakan yang menewaskan polisinya.

"Hingga saat ini kita bergerak kepada hal teknis terutama mengenai masalah pemuliham hak-hak beribadah, karena itu menjadi konsen kita menyusul dibatasinya hak-hak beribadah umat Islam di Masjidil Aqsa," kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.

Retno mengatakan bahwa pemerintah juga sudah menyampaikan perlunya pemulihan hak beribadah di Masjidil Aqsa kepada negara-negara sahabat yang duduk di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Semua menyampaikan konsennya, ada kekhawatirkan jika eskalasi tidak dapat diturunkan maka dampaknya akan lebih banyak dan luas lagi," katanya.

Retno mengatakan bahwa dia pun menekankan pentingnya Masjidil Aqsa sebagai tempat suci umat Islam saat dia berbicara dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson.

"Ini adalah kiblat pertama umat Islam karena itu sensitivitasnya sangat tinggi," katanya.

Indonesia, menurut dia, meminta semua pihak untuk berusaha menekan eskalasi seminimal mungkin.

"Dengan Yordania saya merencanakan melakukan komunikasi kembali untuk menyampaikan apa yang sudah saya bahas dengan Menlu Turki, Menlu AS dan Sekjen OKI," katanya.

Ia menyebutkan hampir setiap hari Kementerian Luar Negeri melakukan komunikasi dengan banyak pihak untuk membahas masalah di Palestina.

Komunikasi itu, menurut dia, menunjukkan bahwa banyak pihak yang memahami perlunya penyelesaian segera masalah di Palestina. Amerika Serikat pun menyetujui perlunya status quo di kompleks itu.

Retno menjelaskan pula bahwa Palestina merupakan jantung politik luar negeri Indonesia sesuai mandat konstitusi.

"Setiap napas politik luar negeri kita selalu ada Palestina. Untuk meng-address itu, ini kita berada di garis terdepan membantu perjuangan Palestina," kata Retno.

Pewarta: Agus Salim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017