Lonceng tersebut menjadi pengingat kegagahan dan kepahlawanan nenek moyang kami yang melawan penjajah AS dan mengorbankan hidup mereka dalam perjuangan tersebut."
Manila (ANTARA News) - Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta Amerika Serikat untuk mengembalikan lonceng gereja yang disita pasukan AS dalam aksi berdarah lebih dari satu abad silam.

Pasukan AS mengambil tiga lonceng dari gereja Katolik di Kota Balangiga di pulau timur Samar pada 1901 saat sebagai rampasan perang dalam operasi militer brutal di negara jajahan AS itu.

"Kembalikan lonceng Balangiga tersebut. Lonceng itu bukan milik Anda. Lonceng itu milik kami. Itu milik rakyat Filipina. Itu merupakan bagian dari warisan nasional kami," ujar Duterte dalam Pidato Kenegaraan tahunannya sebagaimana dilansir dari Kantor Berita AFP.

"Lonceng tersebut menjadi pengingat kegagahan dan kepahlawanan nenek moyang kami yang melawan penjajah AS dan mengorbankan hidup mereka dalam perjuangan tersebut," imbuhnya.

Dua dari lonceng itu dipasang di sebuah memorial bagi pasukan AS yang tewas dalam perang di Wyoming, sementara yang ketiga berada di tangan pasukan AS di Korea Selatan.

Juru bicara kedutaan AS, Molly Koscina, menanggapi permintaan tersebut.

"Kami sadar lonceng Balangiga memiliki arti penting bagi sejumlah orang, baik di AS dan di Filipina,” katanya dalam sebuah email kepada AFP.

“Kami akan terus bekerja dengan mitra Filipina kami untuk menemukan sebuah resolusi," tuturnya.

(Baca: Presiden Duterte bersumpah tidak akan pernah kunjungi AS)

Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017