Bekasi (ANTARA News) - Sebanyak 140 siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 18 Kota Bekasi, Jawa Barat, menjalani aktivitas belajar mengajar secara lesehan akibat ketiadaan meja dan kursi.

"Mereka adalah siswa kelas X yang terpaksa mengampar di lantai untuk belajar sejak sepakan lalu saat tahun ajaran baru dimulai Senin (17/7)," kata Wakil Kepala Urusan Sarana dan Prasarana SMAN 18 Arenjaya, Elfi Suyanti, di Bekasi, Selasa.

Menurut dia, sekolah yang berlokasi di Kelurahan Arenjaya, Kecamatan Bekasi Timur itu belum dilengkapi kursi dan meja sebagai pendukung aktivitas belajar.

Pihak sekolah selaku pengelola tempat pendidikan itu bahkan tidak mampu membeli karpet atau tikar sebagai alas siswa belajar di kelas.

"Ada empat kelas atau rombongan belajar yang belum dilengkapi fasilitas meubeler. Keempat itu adalah kelas X IPA 1, X IPS 1 sampai X IPS 3. Hal ini dialami oleh sekitar 140 siswa dengan asumsi satu kelasnya terdapat 35 pelajar," katanya.

Dia mengaku telah mengajukan kebutuhan itu ke Provinsi Jawa Barat selaku pemegang kendali terhadap SMAN/SMKN di Jawa Barat.

"Namun belum direspons," katanya.

Elfi berharap, agar Pemerintah Kota Bekasi dapat turun tangan bila provinsi belum juga melengkapi fasilitas meubeler mengingat tingkat kebutuhan siswa yang mendesak.

Skema pemberiannya, kata dia, bisa melalui hibah dari pemerintah kota ke sekolah.

"Kita berharap pemerintah kota membantu mengatasi hal ini, karena kasihan anak-anak belajar tanpa kursi dan meja," katanya.

Salah seorang murid X IPS 2, Octavia Hotmauli (16), mengatakan para siswa terpaksa urunan untuk membeli kebutuhan karpet belajar di ruang kelas.

"Teman-teman sudah mengumpulkan uang sekitar Rp400 tibu untuk membeli karpet dan peralatan lain seperti sapu, pengki dan kain pel," katanya.

Octavia mengatakan, belajar di sekolah tanpa dilengkapi meubeler sangat menyulitkan siswa untuk meresapi materi pelajaran yang disampaikan guru.

"Pinggang saya pegal dan bokongnya sakit, belajar tanpa meubeler juga membuat kita mengantuk," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017