Jakarta (ANTARA News) - Rusia, Jumat waktu setempat, memerintahkan AS memangkas jumlah diplomatnya di Rusia dan membekukan dua kompleks kedutaan besar AS di negeri itu sebagai langkah preemtif melawan sanksi baru yang lebih keras dari AS kepada Rusia.

Sehari sebelumnya, Senat AS meloloskan RUU sanksi kepada Rusia, Iran dan Korea Utara, untuk kemudian dikirimkan kepada Presiden Donald Trump guna ditandatangani menjadi undang-undang.

Juru Bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders menyatakan Trump akan menandatangani RUU itu untuk menjadi undang-undang. Dengan demikian tertutup sudah spekulasi bahwa Trump akan memveto RUU ini.

"Dia kini sudah mengkaji versi final RUU itu dan berdasarkan keresponsifan atas negosiasinya, (dia) menerima RUU itu dan berniat menandatanganinya," kata Sanders.

Langkah ini menjadi pukulan telak kepada Rusia yang berharap kemenangan Trump bakal meningkatkan hubungan kedua negara yang sudah jatuh ke level terendah sejak Perang Dingin, akibat intervensi Rusia di Ukraina dan dalam Pemilu AS.

Sebelum ini Rusia menyatakan akan menunggu sebelum sanksi itu diundangkan. Namun pendirian itu berubah setelah Presiden Vladimir Putin menegaskan bahwa dia tidak bisa lagi menoleransi "penghinaan" AS ini.

Kementerian luar negeri AS meminta AS mengurangi kehadiran diplomatiknya di Rusia paling lambat September menjadi 455 orang, sama dengan jumlah diplomat Rusia di AS. Jika ini terjadi, maka ratusan diplomat AS harus pulang ke negerinya.

Rusia juga melarang kedutaan besar AS menggunakan sebuah wisma musim panas di Moskow dan fasilitas penyimpanan di Moskow mulai 1 Agustus nanti.

Rusia menganggap AS memanfaatkan dugaan intervensi Rusia dalam Pemilu AS sebagai alasan untuk terus mengambil pendirian yang anti-Rusia, tulis AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017