London (ANTARA News) - Suhu dunia akan naik lebih dari  dua derajat Celsius abad ini, melebihi yang direkomendasikan kesepakatan iklim global, kata para ilmuwan seperti dikutip Reuters.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change menunjukkan peluang 90 persen bahwa suhu akan naik abad ini antara 2 sampai 4,9 derajat Celsius.

Para peneliti dari Universitas Washington menemukan hanya 5 persen peluang bahwa pemanasan itu berada pada atau di bawah dua derajat Celsius yang justru merupakan target Kesepakatan Iklim Paris 2015 mengenai batas emisi gas rumah kaca yang memanaskan planet ini.

Tidak mencapai target itu akan menghadapi konsekuensi dramatis pada kehidupan manusia seperti masa kemarau yang lebih panjau dan naiknya permukaan air laut, kata Adrian Raftery, kepala penelitian itu yang juga profesor pada Universitas Washington.

Penelitian ini menggunakan proyeksi statistik yang didasarkan pada total penduduk dunia, PDB per kapita dan jumlah emisi karbon untuk setiap dolar dari aktivitas ekonomi yang disebut dengan intensitas karbon.

"Analisis kami menunjukkan bahwa target 2 derajat itu adalah skenario paling baik saja," kata Raftery. "Angka itu bisa dicapai, namun dengan upaya besar dan berkesinambuang di semua sektor selama 80 tahun ke depan."

Menurut Program Lingkungan PBB, emisi gas rumah kaca dunia yang kebanyakan berasal dari pembakaran energi fosil kini mencapai 54 miliar ton per tahun dan mesti dipangkas menjadi 42 miliar ton sampai 2030 agar kenaikan suhu tetap di bawah 2 derajat Celsius.

Melipatgandakan upaya demi meningkatkan efisiensi karbon adalah kunci untuk membatasi pemanasan di masa depan, kata Raftery kepada Thomson Reuters Foundation.

"Negara-negara perlu mengubah insentif ekonomi untuk produksi karbon, contohnya dengan mengenalkan pajak karbon dan mendorong inovasi yang akan meningkatkan efisiensi energi," kata dia.

"Kita mesti belajar lebih dari negara-negara yang secara khusus efisien karbon, seperti Prancis, yang memiliki infrastruktur transportasi yang sangat rendah karbon.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017