Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak menguat 37 poin menjadi Rp13.288 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.325 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Data inflasi yang masih stabil memberikan sentimen positif bagi kurs rupiah di pasar valas domestik," kata Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra di Jakarta, Selasa.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Juli 2017 sebesar 0,22 persen. Dengan demikian tingkat inflasi tahun kalender Januari-Juli 2017 tercatat mencapai 2,6 persen dan inflasi dari tahun ke tahun (yoy) sebesar 3,88 persen.

Ia menambahkan bahwa sentimen dolar AS yang cenderung masih negatif akibat situasi politik di Amerika Serikat yang kurang kondusif juga turut menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang rupiah.

"Mata uang dolar AS cenderung masih mengalami tekanan terhadap mayoritas kurs dunia, termasuk rupiah akibat situasi politik di AS yang bergeejolak sehingga membuat pelaku pasar ragu akan berjalannya berbagai kebijakan yang dijanjikan Presiden AS Donald Trump," katanya.

Selain itu, lanjut dia, beberapa data ekonomi dari Amerika Serikat yang juga mengecewakan turut membuat pelaku pasar mulai ragu akan rencana bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa pergerakan rupiah mengalami kenaikan seiring dengan sejumlah mata uang di kawasan Asia, namun laju rupiah masih harus kembali diuji ketahanannya, terutama sentimen dari dalam negeri.

"Diharapkan data ekonomi domestik yang positif dapat menjaga ketahanan rupiah untuk jangka panjang," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini (1/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.318 dibandingkan hari sebelumnya (Senin, 31/7) Rp13.323 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017