Jakarta (ANTARA News) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendukung Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menjadi badan layanan umum (BLU) agar bisa dikelola secara profesional.

"Dukungan dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi maunya bagaimana (Lembaga Biologi Molekuler) Eijkman bisa dikelola secara profesional. Saya maunya ini bisa jadi satu Badan Layanan Umum di mana lembaga ini bisa bekerja sama dengan pihak luar, nanti apa yang diperoleh dari sana bisa membangun fasilitas laboratorium yang lebih baik," kata Nasir usai membuka The 6th International Eijkman Conference di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan saat ini kementerian terpaksa membatasi dukungan pendanaan, padahal kebutuhan untuk fasilitas laboratorium genomik sangat mahal dan banyak jenisnya.

Karenanya, menurut Nasir, kementeriannya akan mencoba membantu penguatan kelembagaan riset yang didirikan pada era Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie itu, dengan mendukung Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menjadi BLU. Dengan harapan bisa menjadi lembaga riset yang lebih baik lagi.

Potensi Eijkman

Lebih lanjut Nasir mengatakan tingkat kesehatan masyarakat di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Jika dilihat dari sisi lain, potensi Indonesia dalam bidang kesehatan dan obat-obatan, khususnya pada pengobatan penyakit tropis, sangat besar.

"Untuk tropical disease tampaknya (Lembaga Biologi Molekuler) Eijkman cukup menguasai," ujar dia.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan saat ini lembaga yang dipimpinnya meneliti latar belakang genomik di Indonesia. Hasilnya dapat digunakan untuk merencanakan pencegahan terbaik untuk penyakit di masa depan.

"Sekarang ini eranya personalise medicine, sehingga penyakit diobati secara individual bukan secara umum. Seseorang diteliti genetiknya untuk mengetahui obat paling tepat untuk menyembuhkannya, contohnya obat malaria, tidak semua orang bisa menerima obat malaria yang sama," ujar dia.

Jika penelitian berhasil, menurut dia, maka pencegahan penyakit secara genetik dapat dilakukan sejak awal di Indonesia.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017