Jakarta (ANTARA News) - Novel terbaru penulis A Faudi, Anak Rantau, ternyata sudah dibajak. Buku yang baru dipasarkan secara online pada pertengahan Juli itu terpajang di lapak online dengan harga jauh di bawah harga aslinya.

Dibanderol Rp90.000, novel Anak Rantau ditawarkan dengan harga Rp26.000, bahkan ada lapak yang menawarkan dengan harga Rp17.000. Mengetahui hal ini, sang penulis menanggapi itu santai.

"Di gambarnya kalau lihat fisik bukunya itu ada teksturnya seperti kanvas, kalau kita lihat di fotonya itu kok mulus sekali, jadi kayaknya sudah dibajak," ujar Fuadi, kepada ANTARA News, saat mengunjungi Kantor Berita ANTARA di Jakarta, baru-baru ini.

"Kita syukuri saja, artinya kalau orang sampai berusaha membajak berarti banyak yang cari," sambung dia.

Ini bukan kali pertama Fuadi mengetahui bahwa buku karyanya telah dibajak. Tiga buku Fuadi sebelumnya, trilogi Negeri 5 Menara versi bajakan bahkan banyak dijajakan di pinggir jalan.

Mirisnya, dia sendiri pernah ditawari buku bajakan itu.

"Kemarin yang lucunya waktu saya pulang kampung ke Bukittingi, di pasar Bukittinggi itu ada yang menawarkan "Ini buku bagus," ternyata buku saya sendiri, bajakan lagi," kata dia sambil tertawa.

"Itu salah satu problem buku di Indonesia ya, kayaknya enggak pernah bisa mengatasi buku bajakan," lanjut dia.

Awalnya, Fuadi mengaku kesal. Dia bersama penerbitnya dulu bahkan sempat melaporkan hal tersebut kepada pihak berwajib.

"Mereka sudah berhasil menemukan tempat percetakannya tapi kemudian proses hukumnya enggak jalan, jadi kemudian orangnya bajak lagi," ujar dia.

"Saya sendiri dulu kesal juga, tapi kalau kesal apa manfaatnya buat saya. Ya sudah lah saya doakan mereka dapat manfaat dari buku saya, paling enggak dari ceritanya mereka dapat manfaat," sambung dia.

Novel Anak Rantau menurut penerbit Falcon Publishing mendapat respons positif dari pembaca.

"Sambutannya sangat luar biasa sekali. Belum sampai 10 hari, periode jualnya 10 hari, itu kami mengeluarkan stok 1.000 eksemplar, bahkan 1.000 itu terkadang susah habisnya, belum sampai 10 hari sudah akan habis," ujar Rina Wulandari, editor Falcon Publishing.

Falcon Publishing bahkan memperpanjang masa pre-order untuk memberikan kesempatan bagi pembaca yang masih ingin berbelanja secara online.

"Kami sekarang mengutamakan penjualan online karena kami lihat responsnya sangat bagus sekali dan trennya banyak orang belanja di online," kata Rina.

"Kami ingin nantinya penjualan di online ini juga menguatkan penjualan ke offline. Buku itu mungkin Agustus awal masuk (offline)," tambah dia.

(Baca: Ketika "Anak Rantau" kehilangan romantisme kampung halaman)

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017