Mestinya jurusan-jurusan ini juga harus diganti dengan perubahan-perubahan yang ada. Bisa saja jurusan animasi, jurusan video, jurusan retail, jurusan mekatronika
Badung, Bali (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mengingatkan tentang kemunculan generasi Y sebagai agen pembawa perubahan dalam kurun 5-10 tahun ke depan akan sangat mempengaruhi pasar baik politik maupun ekonomi Indonesia.

"Perlu saya ingatkan kepada kita semuanya bahwa 5-10 tahun yang akan datang, sekarang sudah muncul generasi Y yang 5-10 tahun lagi akan mempengaruhi pasar, akan mempengaruhi landskap politik dan ekonomi kita. Akan terjadi perubahan yang sangat besar. Transisi ini yang harus kita waspadai karena generasi Y ini akan mempengaruhi," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) I Partai Hanura Tahun 2017 di Kawasan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Jumat.

Hal itu disampaikan Presiden untuk menyadarkan kepada semua bahwa perubahan global, betul-betul ada, dan sudah nyata.

Menurut Presiden, generasi Y itu nantinya sudah tidak membaca koran, tidak melihat TV lagi, tapi pegangannya hanya satu yakni kotak kecil yang namanya gadget, gawai, atau smartphone.

"Mau lihat berita mereka hanya klik di situ. Ingin film atau TV mereka hanya klik seperti sekarang, netflix, nantinya semua akan mengarah ke sana," katanya.

Perubahan-perubahan seperti inilah kata Presiden, yang harus disadari hingga nantinya akan ada landskap ekonomi baru dan landkap politik baru, baik global, nasional, maupun daerah.

Oleh sebab itu, ia mengajak semua kalangan untuk bersiap menghadapi transisi-transisi seperti ini karena generasi Y itulah yang nanti mempengaruhi pasar, ekonomi, dan politik.

Pada kesempatan yang sama, Presiden juga mengingatkan berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah termasuk membangun proyek infrastruktur.

Lebih lanjut, setelah pembangunan infrastruktur sudah dimulai dikerjakan, kata Presiden, maka tahapan berikutnya yang harus dimulai adalah pembangunan sumber daya manusia.

"Ini wajib dan harus kita lakukan karena persiapan-persiapan dalam menghadapi persaingan global itu harus betul-betul kita siapkan secara detail dan baik. Tidak bisa lagi misalnya saya berikan contoh pendidikan vokasional kita dan perguruan tinggi itu monoton dan rutinitas seperti yang kita hadapi sekarang. Linier seperti yang kita kerjakan sekarang ini. Kita juga harus berani mengubah semuanya," katanya.

Ia mencontohkan misalnya SMK yang sudah puluhan tahun hanya membuka jurusan bangunan, jurusan listrik, dan jurusan mesin, padahal dunia sudah berubah.

"Mestinya jurusan-jurusan ini juga harus diganti dengan perubahan-perubahan yang ada. Bisa saja jurusan animasi, jurusan video, jurusan retail, jurusan mekatronika," katanya.

Ia berpendapat, dunia sudah berubah sehingga perlu sikap yang fleksibel dan tidak linier untuk mengantisipasinya.

"Saya sering menyampaikan, Elon Musk sudah berbicara masalah hyperloop, sudah berbicara masalah Tesla, sudah berbicara masalah spaceX, kita belum berganti dan berubah perguruan tinggi kita. Mestinya fakultas-fakultas mulai masuk ke hal-hal yang memang dibutuhkan oleh masyarakat, industri, pasar, dan negara," katanya.

Kepala Negara menambahkan, jika Indonesia masih berkutat pada rutinitas dan tidak berani melakukan terobosan-terobosan, maka Indonesia bisa betul-betul ditinggal oleh zaman dan kalah dalam persaingan global.

Oleh karena itu, Presiden meminta jajarannya agar menyederhanakan regulasi-regulasi yang menghambat untuk diganti dengan kebijakan-kebijakan baru sehingga lebih fleksibel.

"Saya sudah menyampaikan kepada Mendikbud juga misalnya agar kita ini memiliki sebuah fleksibiltas sehingga bisa merespons setiap perubahan-perubahan yang ada di dunia. Mendikbud, Mendikti, itu harus sangat responsif terhadap perubahan-perubahan yang ada di global maupun yang kita hadapi di negara kita," katanya.

(Baca: Presiden hadiri rapimnas Hanura di Bali)

Dalam Rapimnas tersebut, Partai Hanura juga secara resmi memberikan dukungannya bagi pencalonan Presiden Joko Widodo sebagai calon presiden periode 2019-2024.

Turut mendampingi Presiden, Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Gubernur Bali I Made Mangku Pastika, dan Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang.

Pewarta: Agus Salim
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017