Djakarta, 17 Agustus 1961 (Antara) - Pada saat-saat kita memperingati dwi windu kemerdekaan, disinjalir ada supir-supir opelet jang nakal, tidak mau memuat penumpang setjara biasa, tetapi hanja mau menarik setjara borongan.

Menurut keterangan jang diperoleh "Antara", kenakalan jang dilakukan oleh sementara supir-supir opelet itu antara lain terdjadi dalam daerah route Kebajoran- Harmoni p.p.

Sementara opelet jang dimaksud pada hari mendjelang tanggak 17 Agustus jakni di saat-saat jang dimaksud sedang sibuk-sibuknja menghadapi perajaan ulang tahun proklamasi di mana masalah pengangkutan dalam kota agak mengalami kesulitan atau kurang lantjar, telah mengambil kesempatan tersebut untuk kepentingan diri sendiri.

Pada saat-saat sulitnja kendaraan-kendaraan umum itu, sementara supir opelet menggunakan siasat litjik misalnja tahan harga, mengatakan "sudah tjape" atau "akan pulang" apabila ada beberapa orang jang anak naik opeletnja.

Atau apabila dia terus didesak oleh tjalon-tjalon penumpang, maka sopir opelet sambil bersikap agak malas-malas berkata," kalau mau borong boleh deh apa boleh buat saja tarik".

Tarip borong itu djauh lebih tinggi daripada tarip biasa, jakni Rp 10,- per orang. Hal ini sudah tentu membikin banjak sekali orang mendjadi susah. Tetapi banjak djuga di antara orang-orang itu jang terpaksa naik djuga walaupun dengan hati sangat mendongkol.


Sumber: Pusat Data dan Riset ANTARA //pdra.antaranews.com/Twitter: @perpusANTARA 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017