Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence menyangkal sedang mempersiapkan diri untuk Pemilihan Presiden 2020. Dia menyebut tudingan itu "memalukan dan ofensif."

Pence menanggapi laporan New York Times yang menyebutkan beberapa politisi Republik tengah melancarkan "kampanye terselubung" yang tidak melibatkan Presiden Donald Trump.  The Times melaporkan sejumlah penasihat Pence "sudah mengintimidasi donor-donor partai bahwa dia (Pence) akan mencalonkan diri jika Trump tidak mencalonkan diri."

Laporan itu menyebutkan Pence tidak saja merahasiakan kalender politiknya, namun juga membentuk basis kekuatan independennya, termasuk sebuah kelompok penggalangan dana politik bernama "Great America Committee."

Pence menyebut laporan itu "berita  bohong" dan menyatakan seluruh timnya fokus memajukan agenda Trump dan memperjuangkannya terpilih kembali pada Pemilu 2020.

"Tudingan dalam artikel kini salah besar dan kian menunjukkan sebagai upaya terakhir media dalam memecah belah pemerintahan ini," kata Pence seperti dikutip Reuters.

The Times sendiri membela peliputannya. "Kami percaya kepada keakuratan reportase kami dan akan membiarkan kisah itu terungkap dengan sendirinya," kata Juru Bicara New York Times Danielle Rhoades Ha lewat email.

Pence memiliki hubungan yang baik dengan kelompok-kelompok politik konservatif dan sejumlah donor besar Partai Republik, termasuk miliarder Charles dan David Koch bersaudara.

Dia juga pendukung setia Trump. Dia jarang sekali mengeluarkan pernyataan yang tidak sejalan dengan Trump dan kebijakan sang presiden.

Tetapi setelah penyelidikan atas dugaan intervensi Rusia dalam Pemilihan Presiden AS 2016 memasuki babak baru yang makin menguakkan hubungan tim kampanye Trump dengan Rusia, Pence berusaha menjaga jarak dari Trump.

Saat melawat Eropa Timur pekan lalu, Pence malah mengutuk kehadiran Rusia di Georgia di mana Rusia terlibat perang di sana pada 2008.

Pence juga mengatakan hubungan AS dengan Rusia tak akan meningkat positif jika Moskow tak mengubah pendiriannya di Ukraina dan tak menarik dukungan kepada Iran, Suriah dan Korea Utara.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017