Juba (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pada Senin bahwa lembaga itu sedang menyelidiki laporan mengenai tewasnya 25 orang di Negara Bagian Gok, Sudan Selatan, dalam bentrokan antara dua unsur suku.

Ribuan orang tewas di Sudan Selatan, akibat dari perang saudara empat tahun yang melibatkan pendukung setia Presiden Salva Kiir dan mantan wakilnya, Riek Machar.

Seorang pejabat PBB di ibu kota Sudan Selatan, Juba, berbicara dengan syarat tidak disebut jatidirinya, mengatakan bahwa mereka telah menerima laporan pada Sabtu, bahwa 25 warga sipil tewas dan 27 lagi terluka dalam bentrokan antara Waat dan Ayiel, dua kelompok etnis yang merupakan bagian dari suku Dinka Gok, Sudan Selatan.

Dia tidak mengatakan apa penyebab yang memicu bentrokan tersebut terjadi, namun hanya mengatakan bahwa bentrokan terjadi di negara bagian Cueibet dan mereka juga menerima laporan bahwa militer Sudan Selatan telah dikerahkan di daerah tersebut untuk mencoba mengembalikan ketertiban dan keamanan.

"UNMISS berencana melakukan patroli ke Cueibet hari ini (Senin) untuk memantau situasi," katanya, mengacu pada misi PBB di Sudan Selatan.

Reuters berusaha menghubungi juru bicara pemerintah, namun mereka tidak dapat segera dihubungi.

Baipath Majuec Riel Puop, seorang legislator dari negara bagian Gok mengatakan kepada sebuah stasiun radio PBB setempat, Miraya, pada Senin, bahwa bentrokan tersebut dimulai dengan tewasnya seorang anggota salah satu dari dua kelompok itu, yang kemudian memicu serangan balasan.

Dia tidak menyebutkan nama kelompok yang melakukan pembunuhan lebih dahulu, namun mengatakan bahwa kekerasan tersebut diperparah oleh kegagalan pemerintah untuk menangkap pelaku kekerasan itu.

"Peran negara ... untuk melindungi rakyat dan ketika hal seperti itu terjadi, mereka harus ditangkap," katanya dalam siaran radio.
(Uu.Aulia/KR-AMQ)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017